Mengenai Saya

Foto saya
Science without religion is blind and Religion without science is lame

Sabtu, 15 November 2008

> H A T I

H A T I

Hubungan hati dengan organ tubuh lainnya laksana raja yang bertahta di atas singgasana yang dikelilingi para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan kata lain, bahwa hati itu adalah pengendali dan sekaligus sebagai pemberi komando terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah kekuasaannya, baik dalam ketaatan atau penyimpangan. Organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti dan patuh dalam setiap keputusan.
Nabi saw bersabda: “ Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik, maka baiklah tubuh manuaisa itu, akan tetapi bila daging itu rusak, maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.” ( HR. Buhkahri Muslim)

Pengelompokan Hati Manusia
Hati manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi : pertama Qallbun Shahih ( hati yang suci), kedua Qalbun Mayyit ( hati yan mati ), dan ketiga Qalbun Maridl ( hati yang sakit )

Pertama, Qalbun Shahih ( Hati yang suci )
Yaitu hati yang sehat dan bersih dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah swt, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah swt, dan mencari penyelesaian hukum pada selain rasul-Nya.
Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah swt, baik pengabdian secara iradat ( kehendak), mahabbah ( cinta ), tawakkal (berserah diri), Khauf (takut )atas sisksa-Nya, dan Roja ( mengharaf ) karunia-Nya.
Bahkan seluruh aktivitasya hanya untuk Allah semata. Jika mencintai, maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci, maka kebenciannya itupun karena Allah. Dan apabila ia memberi atau bersedekah, maka memberinya semata-mata karena Allah, dan jika tidak memberi, juga karena-Nya. Dan tidak anya itu saja tapi diringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. Ia mempunyai landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad saw sebagai suri tauladan dalam segala hal. Allah swt berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat (49) ayat 1:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah swt dan Rasul-Nya, dan bertawakallah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ciri-ciri Qalbun Shahih :
1. Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju dan berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk penduduknya. Ia datang ke duania fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan singgah sebentar sebelum m,eneruskan perjalanan menuju alam akhirat. Sebagaimana yang telah diwasiatkan Nabi Muhammad saw kepada Abdulah bin Umar : “ Jadikanlah dirimu di dunia ini seakan akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyebrangi suatu jalan.” ( HR. Bukahri)
2. jika ia tertinggal wirid, atau sesuatu bentuk peribadatan lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi, melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
3. Ia senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz berkata : “ Barang siapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka segala sesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya. Dan barang siapa tentram dan puas dengan Allah, maka orang lain tentram pula ketika melihat dirinya.
4. Apabila tujuan hidupnya hanya untuk taat kepada Allah.
5. Bila sedang melkukan shalat, naka sirnalah semua kegaduhannya dan kesusahannya karena urusan dunia. Sebab di dalam shalat telah ia temukan kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
6. Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakannya, melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga hartanya.
7. Tidak pernah terputus dan futur ( malas ) untk mengingat Allah dan berdzikir kepada-Nya.
8. Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari suatu amal perbuatan daripada kuantitas. Ia lebih condong pada keikhlasan dalam beramal, mengkuti petunjuki syari’at Rasulullah saw disamping ia selalu merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan mengekui tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah.

Kedua, Qalbun Mayyit ( Hati yang mati )
Qalbun Mayyit ( hati yang mati ) adalah kebalikan dari hati yang sehat. Hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atai ridha keda-Nya. Dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah megabdi kepada selain Allah. Jika ia mencintai sesuatu, maka cintanya didasarkan atas hawa nafsu, begi pula denga membenci, memberi, dan segala yang sesuatu yang dipikirkan, diucapkan, dan diperbuatnya, semuanya itu tidak ada unsur karena Allah, atau untuk niat amal ibadah kepada-Nya.
Hati jenis inilah hati yang jika diseru kepada jalan Allah swt, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, hai ini karena Allah telah menutup hati mereka. Dalam Al Qur’an surat Al An’am ayat 25 Allah swt berfirman : “ Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ( bacaannmu), padahal kami telah meletakan tutp di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya. Dan kami letakan sumbatan di telinganya, dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran, meeka tetap tidak mau beriman kepada-Nya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir tu berkata: “ Al Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.”

Ayat vini menunjukan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah. Dan Juga ia tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti difirmankan oleh Allah swt dalam surat Fushshilat ayat 5 : “ (mereka berkata : ) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”
Allah akan membiarkan mereka dalam kegelapan, dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman. “ Perumpamaan mereka adalah seperti orang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya ( yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat meleihat, mereka tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidaklah kembali ke jalan yang benar.” ( QS Al Baqarah : 17-18 )
Ketiga, Qalbun Maridl ( Hati yang sakit )

Qalbun Maridl ( hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang dicekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan mau’idzah. Seperti di fimnakan Allah swt. “ Agar Dia menjadikan apa yang dimasukan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.” QS. Al Hajj (22): 53.
Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh syetan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat ( sesuatu yang meragukn), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk ke dalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah berfirman :” Sesungguhnya jika berhenti orang-orang munafik, orang-orang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah ( dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu ( untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu ( di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” ( QS. Al Ahjab : 60
Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafik, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana firman Allah swt: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.” ( QS. Al Ahjab : 32 )

Cir-ciri Qalbun Maridl

Boleh jadi hati manusia sedang sakit, bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak meyadari.
Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksaiatan. Hal ini disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid tentang firman Allah yang berbunyi ;” Di dalam hati mereka terdapat penyakit.” ( QS Al Baqarah : 10 ). “ Ayat ini menunjukan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran” bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. Sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Sumber : Tazkiyatun Nufus Oleh : Dr. Ahmad Farid
Buletin Dakwah Al Wafa’ tahun II no, 19. 15 Jumadil Awwal 1428 H.

Tidak ada komentar: