Mengenai Saya

Foto saya
Science without religion is blind and Religion without science is lame

Jumat, 20 Februari 2009

> Leninisme Dan Stalinisme

Faham Lenisme atau leninisme ini adalah faham lanjutan dari paham Marxisme yang merupakan paham -paham komunisme. Dan pada blog ini, saya telah memaparkan dasar-dasar Marxisme ( lihat Marxisme ).

Pada intinya, Marx melihat bahwa kapitalisme pada suatu saat akan mengalami penurunan sebagai akibat keserakahannya sendiri, dan pada saat itulah kaum proletar akan mengadakan revolusi untuk mengambil alih kekuasaan dan mendirikan sebuah diktator proletariat.

Tapi yang Marx lakukan hanyalah berteori. Pada praktiknya, Marxisme justru diterapkan oleh orang lain, antara lain Lenin dan Stalin di Rusia (lalu Uni Soviet), Mao Zedong di Cina, Soekarno di Indonesia. Penerapan Marxisme oleh tokoh-tokoh komunisme tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, baik antara satu dengan lain maupun dengan teori Marx itu sendiri.

Leninisme
Lenin adalah pemimpin golongan Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat Rusia di tahun 1903. Selain golongan Bolshevik, partai ini juga memiliki golongan Menshevik. Golongan Menshevik adalah golongan yang setia pada ajaran Marx secara total. Bolshevik, golongan Lenin, menghendaki perubahan dalam teori-teori Marx.
Perbedaan ini terlihat terutama dalam dua hal. Pertama, dalam hal kepartaian. Menshevik berpendapat bahwa partai komunis harus berstruktur longgar dan berdasarkan pada massa (basis massa yang luas). Sebaliknya, Lenin beranggapan partai itu harus tersentralisasi, berdisiplin kuat dan terdiri atas revolusioner profesional.
Perbedaan kedua adalah dalam hal memandang tahapan revolusi Marx. Menshevik percaya bahwa proletar harus menunggu revolusi borjuis terhadap feodal sebelum melakukan revolusi protelat terhadap borjuis. Pada masa itu Rusia memang masih dipimpin oleh seorang tsar (kaisar).

Lenin menganggap hal itu hanya akan melemahkan semangat proletar. Lenin menginginkan sebuah revolusi yang ditujukan untuk menjatuhkan sekaligus borjuis dan tsar. Selain itu, Lenin juga menambahkan tentang peran penting petani dalam revolusi tersebut. Marx kurang menekankan pentingnya peran petani dalam revolusi (mungkin karena Marx mendasarkan teorinya pada nasib buruh di Inggris pascarevolusi industri –red-). Kata Lenin, “Revolusi yang dipimpin oleh kelas pekerja itu akan menghasilkan diktatur demokrasi yang revolusioner dari proletar dan petani.”
Selain itu, berbeda dengan Marx yang menganggap revolusi akan terjadi sebagai akibat melemahnya kapitalisme (akibat perluasan pasar, produksi gila-gilaan yang berujung pada jatuhnya harga), Lenin justru melihat revolusi bisa terjadi kalau partai mau melakukan revolusi.

Demi mendukung pendapatnya, Lenin menjelaskan mengapa revolusi tidak juga terjadi di negara-negara Eropa Barat yang sistem kapitalismenya sudah maju (dengan demikian, berdasarkan teori Marx, revolusi seharusnya sudah terjadi).
Menurut Marx, sistem kapitalisme yang digunakan negara-negara maju akan menyebabkan produksi melimpah. Karena terlalu banyak barang di pasar, maka harganya akan turun. Untuk mengatasinya, menurut Lenin, kapitalisme melakukan penjajahan, kolonialisme, dan pengendalian ekonomi negara lain.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, kapitalisme mendapatkan tiga keuntungan, yaitu tenaga kerja yang murah, bahan mentah yang murah, dan pasar baru untuk memasarkan produksinya yang melimpah.Akibat dari dilakukannya hal tersebut adalah terjadinya penindasan dari kelompok kecil kapitalis metropolitan terhadap masyarakan terbelakang yang sebenarnya lebih banyak jumlahnya. Penindasan ini menyebabkan aliran sumber daya dan keuntungan terjadi satu arah ke negara kaya. Pada akhirnya ini menyebabkan jurang antara negara miskin dengan kaya semakin lebar. Penindasan ini hanya bisa dihentikan dengan revolusi dunia.

Dengan demikian, kapitalis telah berhasil memperlambat arus kehancurannya sendiri, dan oleh karenanya revolusi yang dikatakan Marx tidak juga terwujud meskipun kapitalisme Eropa Barat telah demikian maju.
Oleh sebab itu, Lenin kemudian melancarkan revolusi yang terkenal, yaitu Revolusi Oktober 1917, langsung kepada tsar (feodal), bukan kepada borjuis, dan tidak dibawah komando kaum borjuis (seperti ‘saran’ Marx).

Revolusi itu berhasil menyingkirkan sekaligus dua musuh proletar, yaitu kaum feodal dan borjuis. Ternyata setelah revolusi Rusia terlempar ke dalam situasi chaos. Roda perekonomian terhenti, dan jika tetap keras kepala tidak melibatkan borjuis dalam sistem ekonomi dan pemerintahan, negara akan kolaps. Oleh karena itu pada tahun 1921 Lenin mulai melancarkan Politik Perekonomian Baru. Perusahaan-perusahaan milik pribadi di beberapa sektor dibenarkan, dan orang-orang yang ahli dalam bidangnya kembali dipakai dengan bayaranb besar.
Kata Lenin, “Negara memerlukan orang yang berpengalaman mengatur negara dan ekonomi, dan orang-orang ini ada di kelas yang lama… Kita terpaksa bekerja dengan pertolongan kelas yang kita tumbangkan.”

Bagi seorang Marxis, ketidakmampuan Lenin untuk mengisi posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan ekonomi bisa jadi dianggap sebagai sebuah dampak akibat ketergesaannya dalam melancarkan revolusi. Ingatlah bahwa alasan Marx menginginkan proletar untuk membantu revolusi borjuis terhadap feodal adalah untuk latihan serta pematangan sikap serta pikiran para pekerja itu dalam hal berorganisasi dan mengatur negara. Ketika Lenin melakukan jalan pintas, maka hilang sudah kesempatan proletar untuk belajar dari kaum borjuis. Hasilnya, ketika proletar sudah berkuasa, mereka justru memerlukan borjuis untuk membantu mereka, dan bukannya memburu borjuis untuk dihabisi.

Tambahan :
Vladimir Ilyich Ulyanov, alias Vladimir Lenin, adalah presiden pertama Republik Sosialis Sovyet Rusia (Sovyet Union), pemimpin Revolusi Oktober, merangkap pencetus paham lanjutan dari Marxisme yaitu Lenisme. Seorang revolusionis yang sangat banyak diincar musuh. Bahkan sebuah peluru, hasil tembakan percobaan pembunuhan yang gagal, bersarang di lehernya dan tidak pernah bisa dikeluarkan sampai akhir hayat.

Lenin diumumkan wafat pada Januari 1924, dengan kesimpulan serangan stroke. Usianya memang hanya mencapai 53 tahun, namun legendanya sudah cukup menghasilkan banyak pemuja yang tak bisa menerima arti sebuah kematian. Sampai seorang politikus dan seorang filsuf terkenal Sovyet mengusulkan pembekuan jasad Lenin, agar di masa yang akan datang dia bisa dibangkitkan. Rencana super mahal itu tidak berhasil dijalankan. Jasad "grandpa Lenin" akhirnya hanya dibalsem dan sekarangpun dapat dikunjungi di Lenin Mausoleum, Moskow.

Aeolia Schenberg adalah tokoh revolusionis misterius yang mengumumkan melawan perang dengan perang di Gundam 00. Ia terkenal di abad 21 sebagai salah satu inventor sistem solar power generator, satu sistem yang menjadi sumber energi alternatif setelah minyak bumi dunia mulai menipis. Schenberg wafat pada tahun 2107 AD, 200 tahun sebelum periode Gundam 00 (2307 AD) dimulai. Yang menjadi pertanyaan dalam cerita ini, siapa Schenberg sebenarnya dan bagaimana dia bisa bangkit dari kubur untuk menciptakan suatu revolusi?

Gagasan bangkit kembali di masa yang baru-nya Lenin rupanya telah menginspirasi banyak penulis film, termasuk creator Gundam 00 ini. Bukan kesimpulan yang berlebihan, kalau melihat benang merah dari dua tokoh diatas tidak hanya ide revolusioner dan masalah kebangkitan saja melainkan juga.....

Stalinisme
Stalin, memimpin Uni Soviet semenjak 1924, memiliki pemikiran yang lebih maju daripada Lenin. Stalin tidak hanya menunggu buruh-buruh negara lain melakukan revolusi, Stalin mendorong (menjadi pelopor) terjadinya sosialisme di dunia. Misalnya, dengan menyetujui Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memberontak kepada pemerintahan Belanda pada tahun 1926-1927. Pemberontakan ini sebenarnya ditentang oleh Tan Malaka karena Tan merasa persiapan belum cukup matang. Stalin juga melakukan intervensi terhadap Maozedong melalui Maring (sebelumnya bernama Sneevliet – bergerak di Indonesia-) dengan memerintahkan Mao untuk bekerja sama dengan Chiang Kai Sek dari Partai Kuomintang.

Stalin juga memperkenalkan model perencanaan lima tahun. Model ini dirancang untuk menjadikan Uni Soviet sebagai kekuatan industri dan militer. Model inilah yang kemungkinan ditiru oleh Soeharto sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Jika benar Soeharto terinspirasi dari Stalin maka ini adalah sebuah ironi, karena Soeharto mengambil contoh justru dari sebuah negara komunis, yang ideologinya sendiri dilarang untuk beredar di Indonesia semenjak masanya.
Ini pun sekaligus menunjukkan bahwa sebuah orde yang begitu membenci komunisme pun bisa memetik pelajaran darinya, sehingga ketakutan yang berlebihan (paranoia) terhadap komunisme akan menutup kemungkinan bangsa ini untuk mengambil hal-hal baik dari komunisme.

Kembali ke perbedaan pemikiran antara Stalin dengan Marx dan Lenin, Stalin juga tidak sependapat dengan Marx tentang hilangnya negara ketika masyarakat komunis telah tercapai. Alasannya adalah karena Uni Soviet justru dikepung oleh negara-negara kapitalis sehingga negara justru perlu menjadi lebih kuat dan bukannya hilang.
Meski begitu, biarpun pada suatu saat komunisme akan menang menghadapi kapitalisme, negara tidak akan hilang begitu saja, karena di dalam masyarakat akan selalu ada pihak-pihak yang menentang kekuasaan diktator proletariat.
Begitulah akhir pembahasan tentang dasar-dasar Leninisme dan Stalinisme. Mudah-mudahan telah menjadi jelas apa perbedaan-perbedaan antara pemikiran Marx, Lenin dan Stalin tentang komunisme. Penting untuk diingat bahwa meskipun pemikiran Marx diperbaharui oleh dua nama setelahnya, bukan berarti mereka menentang Marx. Artinya, Lenin dan Stalin bukan berusaha untuk meruntuhkan Marxisme, melainkan berusaha untuk membuat Marxisme menjadi lebih bisa diaplikasikan, terutama untuk Uni Soviet.
Untuk sementara, saya cukupkan dulu pembahasan tentang komunisme sampai Stalinisme ini. Mungkin berikutnya saya akan mencoba menulis tentang Maoisme dan Marhaenisme-nya Soekarno. Semoga akan bisa terlihat nanti bahwa perbedaan-perbedaan juga akan terjadi antara Mao dan Soekarno dengan pemikiran Marx, karena mereka berusaha memadukan Marxisme dengan kebutuhan nasional masing-masing.


Sumber :
C.C. Rodee, et.al., Pengantar Ilmu Politik, PT. RajaGrafindo Perkasa: Jakarta, 2000, hal. 172.
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Pustaka Mizan: Bandung, 2006, hal. 218.
Ibid, hal. 219
Rodee, op.cit, hal. 172-173
Noer, op.cit, hal. 220
Lenin, Selected Works II, hal. 565, seperti dikutip dalam ibid.
Noer, op.cit., hal. 231
Rodee, op.cit., hal 177
Rodee, op.cit., hal 177
Noer, op.cit., hal. 231

dll.

2 komentar:

panda gila mengatakan...

keren infonya, terima kasih ditunggu post selanjutnya.

panda gila mengatakan...

nice post, ditunggu ilmu selanjutnya.