Mengenai Saya

Foto saya
Science without religion is blind and Religion without science is lame

Jumat, 20 Februari 2009

> Leninisme Dan Stalinisme

Faham Lenisme atau leninisme ini adalah faham lanjutan dari paham Marxisme yang merupakan paham -paham komunisme. Dan pada blog ini, saya telah memaparkan dasar-dasar Marxisme ( lihat Marxisme ).

Pada intinya, Marx melihat bahwa kapitalisme pada suatu saat akan mengalami penurunan sebagai akibat keserakahannya sendiri, dan pada saat itulah kaum proletar akan mengadakan revolusi untuk mengambil alih kekuasaan dan mendirikan sebuah diktator proletariat.

Tapi yang Marx lakukan hanyalah berteori. Pada praktiknya, Marxisme justru diterapkan oleh orang lain, antara lain Lenin dan Stalin di Rusia (lalu Uni Soviet), Mao Zedong di Cina, Soekarno di Indonesia. Penerapan Marxisme oleh tokoh-tokoh komunisme tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, baik antara satu dengan lain maupun dengan teori Marx itu sendiri.

Leninisme
Lenin adalah pemimpin golongan Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat Rusia di tahun 1903. Selain golongan Bolshevik, partai ini juga memiliki golongan Menshevik. Golongan Menshevik adalah golongan yang setia pada ajaran Marx secara total. Bolshevik, golongan Lenin, menghendaki perubahan dalam teori-teori Marx.
Perbedaan ini terlihat terutama dalam dua hal. Pertama, dalam hal kepartaian. Menshevik berpendapat bahwa partai komunis harus berstruktur longgar dan berdasarkan pada massa (basis massa yang luas). Sebaliknya, Lenin beranggapan partai itu harus tersentralisasi, berdisiplin kuat dan terdiri atas revolusioner profesional.
Perbedaan kedua adalah dalam hal memandang tahapan revolusi Marx. Menshevik percaya bahwa proletar harus menunggu revolusi borjuis terhadap feodal sebelum melakukan revolusi protelat terhadap borjuis. Pada masa itu Rusia memang masih dipimpin oleh seorang tsar (kaisar).

Lenin menganggap hal itu hanya akan melemahkan semangat proletar. Lenin menginginkan sebuah revolusi yang ditujukan untuk menjatuhkan sekaligus borjuis dan tsar. Selain itu, Lenin juga menambahkan tentang peran penting petani dalam revolusi tersebut. Marx kurang menekankan pentingnya peran petani dalam revolusi (mungkin karena Marx mendasarkan teorinya pada nasib buruh di Inggris pascarevolusi industri –red-). Kata Lenin, “Revolusi yang dipimpin oleh kelas pekerja itu akan menghasilkan diktatur demokrasi yang revolusioner dari proletar dan petani.”
Selain itu, berbeda dengan Marx yang menganggap revolusi akan terjadi sebagai akibat melemahnya kapitalisme (akibat perluasan pasar, produksi gila-gilaan yang berujung pada jatuhnya harga), Lenin justru melihat revolusi bisa terjadi kalau partai mau melakukan revolusi.

Demi mendukung pendapatnya, Lenin menjelaskan mengapa revolusi tidak juga terjadi di negara-negara Eropa Barat yang sistem kapitalismenya sudah maju (dengan demikian, berdasarkan teori Marx, revolusi seharusnya sudah terjadi).
Menurut Marx, sistem kapitalisme yang digunakan negara-negara maju akan menyebabkan produksi melimpah. Karena terlalu banyak barang di pasar, maka harganya akan turun. Untuk mengatasinya, menurut Lenin, kapitalisme melakukan penjajahan, kolonialisme, dan pengendalian ekonomi negara lain.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, kapitalisme mendapatkan tiga keuntungan, yaitu tenaga kerja yang murah, bahan mentah yang murah, dan pasar baru untuk memasarkan produksinya yang melimpah.Akibat dari dilakukannya hal tersebut adalah terjadinya penindasan dari kelompok kecil kapitalis metropolitan terhadap masyarakan terbelakang yang sebenarnya lebih banyak jumlahnya. Penindasan ini menyebabkan aliran sumber daya dan keuntungan terjadi satu arah ke negara kaya. Pada akhirnya ini menyebabkan jurang antara negara miskin dengan kaya semakin lebar. Penindasan ini hanya bisa dihentikan dengan revolusi dunia.

Dengan demikian, kapitalis telah berhasil memperlambat arus kehancurannya sendiri, dan oleh karenanya revolusi yang dikatakan Marx tidak juga terwujud meskipun kapitalisme Eropa Barat telah demikian maju.
Oleh sebab itu, Lenin kemudian melancarkan revolusi yang terkenal, yaitu Revolusi Oktober 1917, langsung kepada tsar (feodal), bukan kepada borjuis, dan tidak dibawah komando kaum borjuis (seperti ‘saran’ Marx).

Revolusi itu berhasil menyingkirkan sekaligus dua musuh proletar, yaitu kaum feodal dan borjuis. Ternyata setelah revolusi Rusia terlempar ke dalam situasi chaos. Roda perekonomian terhenti, dan jika tetap keras kepala tidak melibatkan borjuis dalam sistem ekonomi dan pemerintahan, negara akan kolaps. Oleh karena itu pada tahun 1921 Lenin mulai melancarkan Politik Perekonomian Baru. Perusahaan-perusahaan milik pribadi di beberapa sektor dibenarkan, dan orang-orang yang ahli dalam bidangnya kembali dipakai dengan bayaranb besar.
Kata Lenin, “Negara memerlukan orang yang berpengalaman mengatur negara dan ekonomi, dan orang-orang ini ada di kelas yang lama… Kita terpaksa bekerja dengan pertolongan kelas yang kita tumbangkan.”

Bagi seorang Marxis, ketidakmampuan Lenin untuk mengisi posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan ekonomi bisa jadi dianggap sebagai sebuah dampak akibat ketergesaannya dalam melancarkan revolusi. Ingatlah bahwa alasan Marx menginginkan proletar untuk membantu revolusi borjuis terhadap feodal adalah untuk latihan serta pematangan sikap serta pikiran para pekerja itu dalam hal berorganisasi dan mengatur negara. Ketika Lenin melakukan jalan pintas, maka hilang sudah kesempatan proletar untuk belajar dari kaum borjuis. Hasilnya, ketika proletar sudah berkuasa, mereka justru memerlukan borjuis untuk membantu mereka, dan bukannya memburu borjuis untuk dihabisi.

Tambahan :
Vladimir Ilyich Ulyanov, alias Vladimir Lenin, adalah presiden pertama Republik Sosialis Sovyet Rusia (Sovyet Union), pemimpin Revolusi Oktober, merangkap pencetus paham lanjutan dari Marxisme yaitu Lenisme. Seorang revolusionis yang sangat banyak diincar musuh. Bahkan sebuah peluru, hasil tembakan percobaan pembunuhan yang gagal, bersarang di lehernya dan tidak pernah bisa dikeluarkan sampai akhir hayat.

Lenin diumumkan wafat pada Januari 1924, dengan kesimpulan serangan stroke. Usianya memang hanya mencapai 53 tahun, namun legendanya sudah cukup menghasilkan banyak pemuja yang tak bisa menerima arti sebuah kematian. Sampai seorang politikus dan seorang filsuf terkenal Sovyet mengusulkan pembekuan jasad Lenin, agar di masa yang akan datang dia bisa dibangkitkan. Rencana super mahal itu tidak berhasil dijalankan. Jasad "grandpa Lenin" akhirnya hanya dibalsem dan sekarangpun dapat dikunjungi di Lenin Mausoleum, Moskow.

Aeolia Schenberg adalah tokoh revolusionis misterius yang mengumumkan melawan perang dengan perang di Gundam 00. Ia terkenal di abad 21 sebagai salah satu inventor sistem solar power generator, satu sistem yang menjadi sumber energi alternatif setelah minyak bumi dunia mulai menipis. Schenberg wafat pada tahun 2107 AD, 200 tahun sebelum periode Gundam 00 (2307 AD) dimulai. Yang menjadi pertanyaan dalam cerita ini, siapa Schenberg sebenarnya dan bagaimana dia bisa bangkit dari kubur untuk menciptakan suatu revolusi?

Gagasan bangkit kembali di masa yang baru-nya Lenin rupanya telah menginspirasi banyak penulis film, termasuk creator Gundam 00 ini. Bukan kesimpulan yang berlebihan, kalau melihat benang merah dari dua tokoh diatas tidak hanya ide revolusioner dan masalah kebangkitan saja melainkan juga.....

Stalinisme
Stalin, memimpin Uni Soviet semenjak 1924, memiliki pemikiran yang lebih maju daripada Lenin. Stalin tidak hanya menunggu buruh-buruh negara lain melakukan revolusi, Stalin mendorong (menjadi pelopor) terjadinya sosialisme di dunia. Misalnya, dengan menyetujui Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memberontak kepada pemerintahan Belanda pada tahun 1926-1927. Pemberontakan ini sebenarnya ditentang oleh Tan Malaka karena Tan merasa persiapan belum cukup matang. Stalin juga melakukan intervensi terhadap Maozedong melalui Maring (sebelumnya bernama Sneevliet – bergerak di Indonesia-) dengan memerintahkan Mao untuk bekerja sama dengan Chiang Kai Sek dari Partai Kuomintang.

Stalin juga memperkenalkan model perencanaan lima tahun. Model ini dirancang untuk menjadikan Uni Soviet sebagai kekuatan industri dan militer. Model inilah yang kemungkinan ditiru oleh Soeharto sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Jika benar Soeharto terinspirasi dari Stalin maka ini adalah sebuah ironi, karena Soeharto mengambil contoh justru dari sebuah negara komunis, yang ideologinya sendiri dilarang untuk beredar di Indonesia semenjak masanya.
Ini pun sekaligus menunjukkan bahwa sebuah orde yang begitu membenci komunisme pun bisa memetik pelajaran darinya, sehingga ketakutan yang berlebihan (paranoia) terhadap komunisme akan menutup kemungkinan bangsa ini untuk mengambil hal-hal baik dari komunisme.

Kembali ke perbedaan pemikiran antara Stalin dengan Marx dan Lenin, Stalin juga tidak sependapat dengan Marx tentang hilangnya negara ketika masyarakat komunis telah tercapai. Alasannya adalah karena Uni Soviet justru dikepung oleh negara-negara kapitalis sehingga negara justru perlu menjadi lebih kuat dan bukannya hilang.
Meski begitu, biarpun pada suatu saat komunisme akan menang menghadapi kapitalisme, negara tidak akan hilang begitu saja, karena di dalam masyarakat akan selalu ada pihak-pihak yang menentang kekuasaan diktator proletariat.
Begitulah akhir pembahasan tentang dasar-dasar Leninisme dan Stalinisme. Mudah-mudahan telah menjadi jelas apa perbedaan-perbedaan antara pemikiran Marx, Lenin dan Stalin tentang komunisme. Penting untuk diingat bahwa meskipun pemikiran Marx diperbaharui oleh dua nama setelahnya, bukan berarti mereka menentang Marx. Artinya, Lenin dan Stalin bukan berusaha untuk meruntuhkan Marxisme, melainkan berusaha untuk membuat Marxisme menjadi lebih bisa diaplikasikan, terutama untuk Uni Soviet.
Untuk sementara, saya cukupkan dulu pembahasan tentang komunisme sampai Stalinisme ini. Mungkin berikutnya saya akan mencoba menulis tentang Maoisme dan Marhaenisme-nya Soekarno. Semoga akan bisa terlihat nanti bahwa perbedaan-perbedaan juga akan terjadi antara Mao dan Soekarno dengan pemikiran Marx, karena mereka berusaha memadukan Marxisme dengan kebutuhan nasional masing-masing.


Sumber :
C.C. Rodee, et.al., Pengantar Ilmu Politik, PT. RajaGrafindo Perkasa: Jakarta, 2000, hal. 172.
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Pustaka Mizan: Bandung, 2006, hal. 218.
Ibid, hal. 219
Rodee, op.cit, hal. 172-173
Noer, op.cit, hal. 220
Lenin, Selected Works II, hal. 565, seperti dikutip dalam ibid.
Noer, op.cit., hal. 231
Rodee, op.cit., hal 177
Rodee, op.cit., hal 177
Noer, op.cit., hal. 231

dll.

Rabu, 18 Februari 2009

> Sejarah Valentine

( Kisah Pengorbanan Pendeta Baik Hati )

Di berbagai belahan dunia, orang beramai-ramai mengamini bahwa tanggal 14 Februari adalah hari Velentine. Di Indonesia pun, para warganya turut menyambut gembira datangnya hari kasih sayang ini, meskipun sebenarnya mereka tak tahu pasti mengapa harus ikt merayakan hari tersebut.

Bukankah untuk menunjukkan rasa sayang kita terhadap teman, kekasih ataupun keluarga kita tak perlu menunggu datangnya tanggal 14 februari, kita bisa menunjukkannya setiap hari. Kita juga tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli coklat, bunga dan pernak-pernik lainnya untuk menunjukkan rasa sayang kita, cukup dengan perhatian yang tulus.

Terlepas dari itu semua, marilah kita kupas secara detail keistimewaan hari Valentine yang kedatangannya selalu membuat dunia menjadi serba merah muda. Beberapa para ahli mengatakan bahwa asal mula Valentine itu berkaitan dengan St. Valentine. Ia adalah seorang pria Roma yang menolak melepaskan agama Kristen yang diyakininya.
Ia meninggal pada 14 Februari 269 Masehi, bertepatan dengan hari yang dipilih sebagai pelaksaan ‘undian cinta’. Legenda juga mengatakan bahwa St. Valentine sempat meninggalkan ucapan selamat tinggal kepada putri seorang narapidana yang bersahabat dengannya. Di akhir pesan itu, ia menuliskan : “Dari Valentinemu”.
Sementara itu sebuah cerita lain mengatakan bahwa Saint Valentine adalah seorang pria yang membaktikan hidupnya untuk melayani Tuhan di sebuah kuil pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Ia dipenjarakan atas kelancangannya membantah titah sang kaisar. Baru pada tahun 496 Masehi, pendeta Gelasius menetapkan 14 Februari sebagai hari penghormatan bagi Valentine.

Akhirnya secara bertahap 14 Februari menjadi hari khusus untuk bertukar surat cinta dan St. Valentine menjadi idola para pecinta. Datangnya tanggal itu ditandai dengan pengiriman puisi cinta dan hadiah sederhana, semisal bunga. Sering juga untuk merayakan hari kasih sayang ini dilakukan acara pertemuan besar atau bahkan permainan bola.

Di AS, Miss Esther Howland tercatat sebagai orang pertama yang mengirimkan kartu valentine pertama. Acara Valentine mulai dirayakan besar-besaran semenjak tahun 1800 dan pada perkembangannya, kini acara ini menjadi sebuah ajang bisnis yang menguntungkan.

Perlahan semarak hari kasih sayang ini merebak keluar dan menular pada masyarakat di seluruh dunia dibumbui dengan versi sentimentak tentang makna valentine itu sendiri. Bahkan anak-anak kecil pun tertular dengan wabah ini, mereka saling berkirim kartu dengan teman-temannya di sekolah untuk menunjukkan rasa sayang mereka.

Sejarah Hari Valentine

Asal mula hari Valentine tercipta pada jaman kerajaan Romawi. Menurut adat Romawi, 14 Februari adalah hari untuk menghormati Juno. Ia adalah ratu para dewa dewi Romawi. Rakyat Romawi juga menyebutnya sebagai dewi pernikahan. Di hari berikutnya, 15 Februari dimulailah perayaan ‘Feast of Lupercalia.’

Pada masa itu, kehidupan belum seperti sekarang ini, para gadis dilarang berhubungan dengan para pria. Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung, nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas dan kemudian dimasukkan ke dalam gelas kaca. Nantinya para pria harus mengambil satu kertas yang berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu.

Tak jarang pasangan ini akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain, berpacaran selama beberapa tahun sebelum akhirnya menikah. Dibawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Romawi terlibat dalam peperangan. Claudius yang dijuluki si kaisar kejam kesulitan merekrut pemuda untuk memperkuat armada perangnya.
Ia yakin bahwa para pria Romawi enggan masuk tentara karena berat meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Akhirnya ia memerintahkan untuk membatalkan semua pernikahan dan pertunangan di Romawi. Saint Valentine yang saat itu menjadi pendeta terkenal di Romawi menolak perintah ini.

Ia bersama Saint Marius secara sembunyi-sembunyi menikahkan para pasangan yang sedang jatuh cinta. Namun aksi mereka diketahui sang kaisar yang segera memerintahkan pengawalnya untuk menyeret dan memenggal pendeta baik hati tersebut.
Ia meninggal tepat pada hari keempat belas di bulan Februari pada tahun 270 Masehi. Saat itu rakyat Romawi telah mengenal Februari sebagai festival Lupercalia, tradisi untuk memuja para dewa. Dalam tradisi ini para pria diperbolehkan memilih gadis untuk pasangan sehari.

Dan karena Lupercalia mulai pada pertengahan bulan Februari, para pastor memilih nama Hari Santo Valentinus untuk menggantikan nama perayaan itu. Sejak itu mulailah para pria memilih gadis yang diinginkannya bertepatan pada hari Valentine.
Kisah St. Valentine
Valentine adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ketiga. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut, dan ia bukan satu-satunya. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini bertepuk sebelah tangan. Para pria enggan terlibat dalam perang. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasihnya. Hal ini membuat Claudius sangat marah, ia pun segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Ia berfikir bahwa jika pria tak menikah, mereka akan dengan sennag hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Para pasangan muda menganggap keputusan ini sangat tidak manusiawi. Karena menganggap ini adalah ide aneh, St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
Ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini diketahui kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tak bergeming dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin, tanpa bunga, tanpa kidung pernikahan.

Hingga suatu malam, ia tertangkap basah memberkati sebuah pasangan. Pasangan itu berhasil melarikan diri, namun malang ia tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis mati. Bukannya dihina, ia malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara.
Salah satu dari orang-orang yang percaya pada cinta itu adalah putri penjaga penjara. Sang ayah mengijinkannya untuk mengunjungi St. Valentine di penjara. Tak jarang mereka berbicara selama berjam-jam. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta itu. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Di hari saat ia dipenggal,14 Februari, ia menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis itu atas semua perhatian, dukungan dan bantuannya selama ia dipenjara. Diakhir pesan itu, ia menuliskan : “Dengan Cinta dari Valentinemu.”
Pesan itulah yang kemudian merubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.

Tradisi Valentine
– Selama beberapa tahun di Inggris, banyak anak kecil di dandani layaknya anak dewasa pada hari Valentine. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah sambil bernyanyi.
– Di Wales, para pemuda akan menghadiahkan sendok kayu pada kekasihnya pada hari kasih sayang itu. Bentuk hati dan kunci adalah hiasan paling favorit untuk diukir di atas sendok kayu tersebut.
– Pada jaman Romawi kuno, para gadis menuliskan namanya di kertas dan memasukkan ke dalam botol. lalu para pria akan mengambil sah satu kertas tersebut untuk melihat siapakan yang akan menjadi pasangan mereka dalam festifal tersebut.
– Di Negara yang sama, para gadis akan menerima hadiah berupa busana dari para pria. Jika ia menerima hadiah tersebut, ini pertanda ia bersedia dinikahi pria tersebut.
– Beberapa orang meyakini bahwa jika mereka melihat robin melayang di udara saat hari Valentine, ini berarti ia akan menikah dengan seorang pelaut. Sementara jika seorang wanita melihat burung pipit, maka mereka akan menikah dengan seorang pria miskin. Namun mereka akan hidup bahagia. Sementara jika mereka melihat burung gereja maka mereka akan menikah dengan jutawan.
– Sebuah kursi cinta adalah kursi yang lebar. Awalnya kursi ini dibuat untuk tempat duduk seorang wanita (jaman dahulu wanita mengenakan busana yang sangat lebar). Belakangan kursi cinta dibuat untuk tempat duduk dua orang. dengan cara ini sepasang kekasih bisa duduk berdampingan.
– Pikirkan lima atau enam nama pria (jika anda wanita) atau lima atau enam nama wanita (jika anda pria) yang ingin anda nikahi. Lalu putralah setangkai apel sambil menyebut nama tersebut satu persatu. Anda akan menikah dengan nama yang anda sebut saat tangkai tersebut lepas dari buahnya.
– Petiklah sekuntum bungan dandelion yang tengah mengembang. Tiuplah putik-putik pada bunga tersebut, lalu hitunglah putik yang tersisa. Itu adalah jumlah anak yang akan anda miliki setelah menikah.
– Jika anda memotong sebuah apel pada tengahnya dan menghitung jumlah biji di dalamnya, ini juga bisa menunjukkan jumlah anak yang akan anda miliki setelah menikah.


Akhi dan Ukhti.....Bagi Orang Islam...Kasih sayang itu harus diaplikasikan setiap hari dan setiap saat, kapan dan di manapun kita berada, bukan hanya setiap tanggal 14 Februari. Oleh karenanya....mengikuti acara tanggal 14 Februari berarti mengikuti budaya dan keyakinan yang salah menurut syari'at islam. Allahu Akbar.....

> Sejarah ISRAEL

Kekeraskepalaan Israel membuat saya ingin mengetahui lebih banyak mengenai bangsa Yahudi dan Israel ini ... Korak-korek ke sana ke mari terkumpullah berikut ini, bila ada yang akan menambahkan, silakan ...

Siapakah bangsa Yahudi ini ??
Menurut studi sejarah yang didasarkan penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, awal bangsa Yahudi erat hubungannya dengan kisah nabi Ibrahim AS yang ditengarai terjadi kurang lebih 3800 tahun yang lalu atau 1800 tahun SM.

Tafsir Al-Qur'an menunjukkan bahwa Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot) (QS, 21:69-71). Putra nabi Ibrahim adalah nabi Ismail dan nabi Ishak kemudian putra nabi Ishak adalah nabi Jakub. 12 putra nabi Yakub ini yang kemudian dikenal sebagai 12 suku Israel.

Putra bungsu nabi Yakub AS adalah nabi Yusuf AS, yang dikenal dari sejarah, setelah ditinggalkan di padang pasir oleh kakak-kakaknya, berhasil menjadi kepala bendahara di Mesir. Karena itu ayahnya, nabi Yakub, serta kakak-kakaknya menyusul nabi Yusuf AS ke Mesir dan hidup damai di sana sampai suatu hari Firaun yang berkuasa memperbudak keturunan mereka yang dikenal dengan bani Israel.

Karena kekejaman Firaun yang tak terkira terhadap bani Israel, Allah SWT telah mengirim nabi Musa (Moses) AS masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa bani Israel keluar dari Mesir. Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur'an, Musa memerintahkan Bani Israel untuk memasuki Kanaan, (Qur'an, 5:21).

Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di Selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara.

Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israel meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.
Setelah kematin Sulaiman, kerajaan yahudi terbelah di utara Israel dengan ibukota Samarria dan Di Selatan Juda dengan ibukota Yerrusalem. Dengan berlalunya waktu Suku yahudi jatuh di bawah Assyurriea dan Babilon atau pergi ke Mesir sebagai pelarian. Ketika raja Perrsia Kyros 539 SM mengizinkan orang Yahudi kembali dari pelarian mereka, banyak orang Yahudi yang tidak kembali, di sinilah mulainya Diaspora.
63 SM Juda dan Israel jatuh ke tangan ornag Romawi dan tahun 70 berhasil menghancurkan pemberontakan Yerusalem dan menghancurkan biara dan Juda.
Awal terbentuknya Israel
Setelah itu kehidupan orang Yahudi hanya ada dalam pelarian dan pengejaran, baru di kekalifahan Usman, orang Yahudi dapat merasakan kehidupan yang damai dengan membayar pajak perlindungan. Akhir abad ke 19, ditunjang oleh Jewish Colonization Assocation Baron Hirsch, Yahudi dari Eropa Timur berreimigrasi ke Argentina dan membentuk Kolonialisme pertanian, untuk kembali ke Palestina. Ini dimulai tahun 1881.
1896 Theodor Herzl kelahiran Budapest membuat Negara Yahudi. Tujuannya untuk membuat negara untuk orang Yahudi di Palestina, didukung oleh uang hasil sumbangan dari seluruh orang Yahudi di dunia. Herzl ini juga dikenal pendiri zionisme, yang juga tidak disetujui oleh orang Yahudinya sendiri.
1914 Di Palestina hidup 1200 orang Yahudi. Setelah kekalahan kekalifahan Usman di perang dunia ke-1, Palestina menjadi bola permainan para penguasa. Para Zionis ada di sisi Inggris dan Amerika.
1917 Tanggal 2 November mentri luar negri Inggris Lord Balfour menandatangani Deklarasi Balfour untuk membangun negara yahudi. Sebulan kemudian masuklah tentara Inggris ke Yerusalem.
1920 Gabungan Negara-negara menyerahkan mandat Palestina ke Inggris. Akibatnya datanglah 75.000 lagi orang Yahudi ke Palestina. Negara-negara Arab tidak menyetujui didirikannya negar Yahudi di Palestina.
1922 Transjordania dipisahkan dari daerah mandat. Sebagai perwakilan orang Yahudi dibuatlah Jewish Agency. Di tahun ini hidup kurang lebih 80.000 orang Yahudi di Palestina
1933 Di Jerman dimulailah pengejaran secara sistematis orang Yahudi.
1936 Masyarakat Arab menentang politik masuknya orang Yahudi ke Palestina, tapi orang Yahudi dibantu oleh tentara Inggris.
1937 Sesudah pemerintah Mandat membatasi imigrasi dan pembelian tanah oleh orang Yahudi, timbullah ketegangan yang dilakukan oleh organisasi bawah tanah Yahudi terhadap orang Inggris.
1939 Pendidikan sebuah brigade Yahudi untuk memasukkan orang Yahudi ke Palestina
1945 Komisi Inggris Amerika menganjurkan penerimaan 100.000 orang Yahudi di Palestina, tapi kemudian ditolak oleh Inggris sehingga menyebabkan kerusuhan di antara Yahudi - Palestina.
1947 UNO menganjurkan pemisahan Palestina dan pembentukan negara Yahudi dan Arab. Perang antara Yahudi dan Arab menghindarkan dilanjutkannya rencana itu.
1948 Inggris mengakhiri Mandatnya atas Palestina dan tanggal 14 Mei meninggalkan Palestina. Tentara Yahudi memasuki Palestina dan mengusir orang Palestina yang didukung oleh negara-negara Arab. Di hari yang sama Ben Gurion menyerukan kemerdekaan Israel di kota yang dibentuk mereka, Tel Aviv, sehingga kemudian menyebabkan perang hari pertama Timur Tengah.
1949 Setelah perang, Israel diakui sebagai negara oleh UNO. Karena itu hiduplah ratusan ribu orang Palestina di pengasingan terutama di Gaza. Pemerintah Israel mengumumkan Yerusalem sebagai ibukota. Di Palestina ada sekitar 650.000 orang Yahudi.
Sumber dari :
1. http://www.tragedipalestina.com/sejarah.html
2. http://de.wikipedia.org/wiki/Judentum
3. Biografi Halima Alaiyan Vertreibung aus dem Paradies
Semoga ketabahan dilimpahkan untuk para korban yang jatuh di Palestina dan Libanon, semoga Allah SWT membukakan hati para pelaku kejahatan dan ketenangan bisa segera terbentuk di sana. Amin.

> Sejarah YAhudi

Kisahnya itu kita mulai dari sini :
Sebelumnya mereka adalah bangsa yang terlunta-lunta tanpa tempat tinggal. Tak satu pun bangsa lain di dunia ini yang rela ditumpangi karena khawatir prilaku licik mereka yang selalu kelewatan. Kelicikan ini didukung pula oleh kecerdasannya yang konon memang lumayan. Akibat tersohornya kelicikan ini sampai-sampai bangsa Jerman sempat berhasrat untuk melenyapkan mereka dari muka bumi.
Yahudi. Ya merekalah si Yahudi itu.

Lalu entah darimana tiba-tiba mereka teringat dengan [konon] tanah para leluhurnya yang dulu-dulu sekali itu (yaitu daerah palestina plus sekitarnya sekarang). Opininya adalah tanah itu merupakan tanah nenek moyang yang mereka akui dari keturunan Musa as dulu. Duh, padahal kita tahu ajaran musa sendiri mereka khianati.
Lalu dirancanglah skenario itu.

Dengan dibantu oleh bangsa-bangsa lain yang ketakutan tanahnya sendiri direbut oleh si Yahudi ini maka strategi licik itu dimulai. Mulanya sempat tanah yang ditentukan itu adalah dataran brazil sekarang, argentina dan uganda dan sampai akhirnya mereka memutuskan daerah palestina saja. Apalagi mereka bisa menggunakan alasan historis dan kitab suci untuk merebut daerah palestina plus-plus tersebut.
Penguasa di palestina saat itu pada mulanya sangat kuat dan konsisten dalam mempertahankan tanahnya sendiri. Jangankan di jual sejengkal, untuk ditumpangi sekejap saja pun tidak digubris setiap si Yahudi atau calo-calonya mencoba mencari simpati di awal skenario tadi.

Tapi apa akhirnya …
Yah begitulah… mereka memang licik bersama dengan kecerdikannya.
Sebagian dari bangsa palestina dan arab lain pada waktu itu ada juga yang lengah, apalagi saat kolonial Inggris berhasil menjajah. Pada mulanya istilah numpang. “Bolehkah kami numpang di daerahmu ini sebentaa…aar aja, masalahnya kami dimana-mana diusir dan dipencilkan oleh bangsa lain, apa kalian tidak kasihan dengan kami ?” Katakanlah pada mulanya mereka diberi tumpangan atas dasar belas kasihan. Lama kelamaan mereka bisa membeli, di waktu berikutnya merebut, dan sekarang mereka merasa memiliki. “Ini tanah kami lho“, katanya. “Tuhan memang menghadiahkannya untuk kami“.

Lalu pelan-pelan mereka terus mengatur siasat untuk dapat mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri.
Sedari dahulu bangsa Yahudi ini memang begitu. Mereka seperti ditakdirkan untuk menjadi ujian bagi manusia lain di kehidupan ini. Mereka berkali-kali mencoba membunuh utusan Tuhan (seperti kasus Isa as), mengobrak-abrik ajaran para utusan-NYA itu dan selalu menindas manusia lain saat diberi kekuasaan (kekuatan) sedikit saja.
Begitulah seperti halnya yang kita saksikan akhir-akhir ini.
Tuhan seperti memberi kesempatan pada kita untuk menyaksikan dan membuktikan akan kebejatan mereka setelah ada sebagian dari saudara-saudara kita yang tertipu. Tertipu dengan alasan-alasan kemanusiaannya (humanisme), tertipu dengan alasan kesamaannya (pluralisme) dan tertipu dengan logika pemaksaan pembenaran (apologis) yang dirancangnya.

Sebagian memang ada bangsa Yahudi ini yang baik, yang tersadar dari fitrahnya, seperti halnya di zaman rasulullah terdapat sejumlah yahudi yang menjadi muslim.
Tapi Yahudi-Israel yang kita saksikan saat ini benar-benar telah membukakan mata kita sendiri bahwa mereka memang musuh kita yang sebenar nyata.

Kisah Lengkapnya (diambil dari salah satu situs ) :
Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan nama Israel. Terutama setiap penyerangan ugal-ugalannya terhadap bangsa palestina. Sebenarnya siapa sih bangsa Israel itu?
Nama Yahudi barangkali diambil dari Yehuda. Yehuda adalah salah seorang putra nabi Yakub (Kejadian 29: 22) yang kemudian hari dijadikan nama salah satu kerajaan Israel yang pecah menjadi dua, setelah Solomon (Sulaiman) meninggal (1 Raja-Raja 12). Sedangkan nama Israel adalah nama yang diberikan Tuhan kepada Yakub, setelah Yakub memenangkan pergulatan melawan Tuhan (Kejadian 32:28). Karena dosa-dosanya yang sudah tidak termaafkan lagi, bangsa Israel ini dihukum oleh Tuhan dengan menghancurkan kerajaan yang mereka miliki (2 Raja-Raja 17:7-23).

Bangsa Yahudi sangat terobsesi oleh kitab suci mereka, bahwa hanya merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai dunia ini. Bukankah Tuhan juga yang menyatakan kepada nenek moyang mereka Ibrahim, bahwa dari keturunan Ibrahimlah Tuhan akan menurunkan raja-raja didunia ini. Bagi mereka, keturunan Ibrahim hanyalah anak cucu yang lahir dari Sarah, isteri pertama Ibrahim, sehingga keberadaan Ismael anak sulung Ibrahim dari Hajar, dianggap tidak ada. Atas kecongkakkan dan kesombongan ini, Tuhan murka kepada bani Israel. Beratus-ratus tahun mereka menjadi warga negara kelas kambing yang tertindas di negeri Firaun. Setelah Musa berhasil membawa mereka keluar dari Mesir, bangsa Israel sempat mempunyai kerajaan yang dibangun oleh Daud dan mencapai masa keemasannya ditangan Solomon. Kerajaan yang kemudian pecah menjadi dua karena intrik anak-anak Solomon, lalu menjadi lemah dan akhirnya mereka dijajah oleh Firaun Nekho (2 Raja-Raja 23:31-35). Diusir sebagai orang buangan oleh Nebukadnezar bangsa Babilonia (2 Raja-Raja 25:1-21). Dijajah oleh Romawi. Dimusnahkan oleh Nazi, Jerman. Kesemuanya itu adalah hukuman Tuhan, kepada bangsa yang oleh Yesus (Isa al Masih) disebut sebagai keturunan bangsa ular beludak (Matius 23:33). Hukuman tersebut tidak membuat mereka jera, dan bertobat. Malah menjadikan dendam kesumat dihati bangsa ini untuk melawan Tuhan, Allah Maha Pencipta.

Kecongkakkan mereka dengan menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan satu-satunya yang berhak memerintah dunia ini, membuat mereka dengan sombongnya bersumpah, untuk memerangi agama lain selain agama mereka dengan segala cara, persis ketika Iblis bersumpah kepada Tuhan untuk memperdayai anak cucu Adam, sampai dunia kiamat nanti. Tuhanpun memperingatkan ummat Islam, melalui Al-Quran untuk berhati-hati terhadap tipu daya Yahudi ini.

Pegangan mereka adalah kitab Talmud. Yang merupakan kitab setan, karena sangat jauh menyimpang, bahkan mungkin bertolak belakang dengan ajaran Taurat.
Nabi Daud AS, yang juga raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Nabi Daud AS tinggal di benteng itu dan diberinya nama: “bandar Daud” (Samuel II 5:7-9)

Sejak itu maka Zion menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang Yahudi yang mereka percayai bahwa Tuhan tinggal di tempat itu: “Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap di Zion” (Mazmur 9:11).

Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi yang bersifat ideologis untuk menetap di Palestina, yakni di bukit Zion dan sekitarnya. Walaupun Nabi Musa AS tidak sampai pernah menginjakkan kaki beliau di sana, namun orang-orang Yahudi menganggap Nabi Musa AS adalah pemimpin pertama kaum Zionis.

Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme membangkitkan fanatisme kebangsaan (keyahudian), keagamaan dengan mempergunakan cara kekerasan untuk sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa tipudaya untuk mengurangi dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata “Palestina”, yakni mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang berkaitan dengan sejarah bangsa Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama “Israel” untuk negara yang telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme di Palestina identik dengan kekerasan, kezaliman dan kehancuran. Kaum Zionis mengambil nama Israel adalah untuk siasat guna mengelabui dan menipu publik, bahwa negara Israel itu tidak akan menggunakan cara-cara yang biasa digunakan oleh kaum Zionis. Pada hal dalam hakikatnya secra substansial tidaklah ada perbedaan sama sekali antara Israel dengan Zionisme. Israel sendiri berasal dari dua kata, isra mempunyai arti hamba, dan ell berarti Allah.

Secara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale, Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor Herzl.
.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dalam tahun 1901. Dalam perjumpaan nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di rumah rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat sebagian dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat trperanjat setelah membaca isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen rahasia itu, yang disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas rahasia Kekaisaran Rusia Timur.
Sebagian kecil dari protokol-protokol Zionisme itu akan disampaikan seperti berikut:

1. Manusia terbagi atas dua bagian, yaitu Yahudi dan non-Yahudi yang disebut Joyeem, atau Umami. Jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni. Kaum Umami berasal-usul dari syaithan, dan tujuan penciptan Umami ini untuk berkhidmat kepada kaum Yahudi. Jadi kaum Yahudi merupakan pokok dari anasir kemanusiaan sedangkan kaum Umami adalah sebagai budak Yahudi. Kaum Yahudi boleh mencuri bahkan merampas harta benda kaum Umami, boleh menipu mereka, berbohong kepada mereka, boleh menganiaya, boleh membunuh serta memperkosa mereka. Sesungguhnya tabiat asli kaum Yahudi ini bukan hanya ada disebutkan dalam protokol dokumen rahasia Zionis tersebut, melainkan ini adalah warisan turun temurun sejak cucu Nabi Ibrahim AS dari jalur Nabi Ishaq AS ini mulai mengalami dekadensi (baca: busuk ke dalam), yaitu sepeninggal Nabi Sulaiman AS. Ini diungkap dalam Al Quran (transliterasi huruf demi huruf): QALWA LYS ‘ALYNA FY ALAMYN SBYL (S. AL ‘AMRAN, 75), dibaca: qa-lu- laysa ‘alayna- fil ummiyyi-na sabi-l (s. ali ‘imra-n), artinya: mereka berkata tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (3:75).

2. Protokol Zionisme tentang faham jiwa-jiwa Yahudi dicipta dari jiwa Tuhan, hanya mereka sajalah anak-anak Tuhan yang suci-murni, sangatlah menyimpang dari syari’at yang dibawakan oleh Nabi Musa AS. Mereka yang menyimpang inilah yang dimaksud dengan almaghdhu-b, artinya yang dimurkai dalam Surah Al Fa-tihah ayat 7.

3. Protokol-protokol Zionisme itu merancang juklatnya dengan menye-barkan faham-faham yang bermacam-macam. Faham yang mereka tebarkan berbeda dari masa ke masa. Suatu waktu mempublikasikan sekularisme kapitalisme, suatu waktu menebar atheisme komunisme, suatu waktu berse-lubung agnostik sosialisme. Untuk menebarkan pengaruh internasional, protokol-protokol itu antara lain berisikan perencanaan keuangan bagi kerajaan Yahudi Internasional yang menyangkut mata uang, pinjaman-pinjaman, dan bursa. Media surat kabar adalah salah satu kekuatan besar dan melalui jalan ini akan dapat memimpin dunia. Manusia akan lebih mudah ditundukkan dengan bencana kemiskinan daripada ditundukkan oleh undang-undang.

Pada tahun 1902 dokumen rahasia Zionis itu diterbitkan dalam bentuk buku berbahasa Rusia oleh Prof. Nilus dengan judul ‘PROTOKOLAT ZIONISME’. Dalam kata pengantarnya Prof. Nilus berseru kepada bangsanya agar berhati-hati akan satu bahaya yang belum terjadi. Dengan seruan itu terbongkarlah niat jahat Yahudi, dan hura-hura pun tak bisa dikendalikan lagi, dimana saat itu telah terbantai lebih kurang 10.000 orang Yahudi. Theodor Herzl, tokoh Zionis Internasional berteriak geram atas terbongkarnya Protokolat mereka yang amat rahasia itu, karena tercuri dari pusat penyim-panannya yang dirahasiakan, dan penyebar-luasannya sebelum saatnya akan membawa bencana. Peristiwa pembantaian atas orang-orang Yahudi itu mereka rahasiakan. Lalu mereka ber-gegas membeli dan memborong habis semua buku itu dari toko-toko buku. Untuk itu, mereka tidak segan-segan membuang beaya apa saja yang ada, seperti ; emas, perak, wanita, dan sarana apa saja, asal naskah-naskah itu bisa disita oleh mereka.
.
Mereka menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris mau menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.

Pada tahun 1905 kembali Prof. Nilus mencetak ulang buku itu dengan amat cepat dan mengherankan. Pada tahun 1917 kembali dicetak lagi, akan tetapi para pendukung Bolshvic menyita buku protokolat itu dan melarangnya sampai saat ini. Namun sebuah naskah lolos dari Rusia dan diselun-dupkan ke Inggris oleh seorang wartawan surat kabar Inggris ‘The Morning Post’ yang bernama Victor E.Mars dan dalam usahanya memuat berita revolusi Rusia. Ia segera mencarinya di perpustakaan Inggris, maka didapatinya estimasi tentang akan terjadinya revolusi komunis. Ini sebelum lima belas tahun terjadi, yakni di tahun 1901. Kemudian wartawan itu menterjemahkan Protokolat Zionis itu ke dalam bahasa Inggris dan dicetak pada tahun 1912.

Hingga kini tidak ada satu pun penerbit di Inggris yang berani mencetak Protokolat Zionis itu, karena kuatnya pengaruh mereka di sana. Demikian pula terjadi di Amerika. Kemudian buku itu muncul dicetak di Jerman pada tahun 1919 dan tersebar luas ke beberapa negara. Akhirnya buku itu diterjemah-kan ke dalam bahasa Arab, antara lain oleh Muhammad Khalifah At-Tunisi dan dimuat dalam majalah Mimbarusy-Syarq tahun 1950. Perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang berani mempublikasikan Protokolat itu, kecuali ia berani menghadapi tantangan dan kritik pedas pada koran-koran mereka, sebagaimana yang dialami oleh penerjemah ke dalam bahasa Arab yang dikecam dalam dua koran berbahasa Perancis yang terbit di Mesir.

Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 14 Mei 1948 silam, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil melaksanakan “amanat” yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya Der Judenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896. Tidaklah mengherankan jika di tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut agama Islam, ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya hidup Barat. Mereka adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari berbagai negara di dunia karena mengalami pembantaian oleh penguasa setempat.

Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina, bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki keterikatan historis dengan Palestina, akhirnya mereka berbondong-bondong datang ke Palestina. Imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ini terjadi sejak akhir tahun 1700-an. Akibat pembantaian diderita, maka mereka merasa harus mencari tempat yang aman untuk ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi Herzl lebih memilih Palestina.

Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.

Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara besar-besaran, menyebabkan kemarahan besar penduduk Palestina. Gelombang pertama imigrasi Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903. Ketika itu sebanyak 25.000 orang Yahudi berhasil dipindahkan ke Palestina. Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Bentrokan pun tidak dapat dapat dihindari. Kemudian gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.

Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina, Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini memancing protes keras bangsa Palestina.
Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal di Palestina. John Norton More dalam bukunya The Arab-Israeli Conflict mengatakan bahwa Deklarasi Balfour telah menina-bobokan penguasa Arab terhadap pengkhiatan Inggris yang menyerahkan Palestina kepada Zionis.

Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas kemenangan besar ini. Bantuan dari beberapa negara Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina. Saat itu pula menyusul pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan pembunuhan terhadap Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam membela Palestina dari cengkraman Israel.

Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad Firgholi, dan Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir
.
Akhirnya pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara sporadis terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan solidaritas rakyat Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan massal yang didukung massa dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an. Sifat perlawanan ini radikal revolusioner dalam bentuk aksi massal rakyat sipil.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan “anak” dari Ikhwanul Muslimin karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.

Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di Basle merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah Palestina dari bangsa Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak dianggap sebagai ”perampok” tetapi malahan dipuja sebagai ”pahlawan” dan bangsa Arab yang melawannya dianggap sebagai ”teroris” dan penjahat yang perlu dihancurkan.

Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I kaum Zionis sudah mengerti kunci perjuangan abad XX yakni: diplomasi, lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang wartawan yang berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata andal dalam perjuangan politik abad modern ini. Sejak Kongres I, dia sangat rajin melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan melancarkan diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa. Zionisme lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha merampas tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.

Tokoh-tokoh Yahudi banyak terjun ke media massa, terutama koran dan industri film. Hollywood misalnya didirikan oleh Adolf Zuckjor bersaudara dan Samuel-Goldwyn-Meyer (MGM). Dengan dominasi yang luar biasa ini, mereka berhasil mengubah bangsa Palestina yang sebenarnya adalah korban kaum Zionis menjadi pihak ”penjahat”.
.
Apakah anda tau siapa yang menguasai kantor-kantor berita seperti Reuter, Assosiated Press, United Press International, surat kabar Times dan jaringan telivisi terkenal dunia serta perusahaan film di Holywood? Semuanya adalah bangsa Yahudi. Reuter didirikan oleh Yahudi Jerman, Julius Paul Reuter yang bernama asli Israel Beer Josaphat. Melalui jaringan informasi dan media komunikasi massa inilah mereka menciptakan image negatif terhadap Islam, seperti Islam Fundamentalis, Islam Teroris, dan lain sebagainya. Demikian gencarnya propaganda ini, sampai-sampai orang Islam sendiri ada yang phobi Islam.

Edward Said, dalam bukunya Blaming The Victims secara jitu mengungkapkan bagaimana media massa Amerika menciptakan gambaran negatif bangsa Palestina. Sekitar 25 persen wartawan di Washington dan New York adalah Yahudi, sebaliknya hampir tidak ada koran atau TV Amerika terkemuka yang mempunyai wartawan Arab atau Muslim. Kondisi ini berbeda dengan media Eropa yang meskipun dalam jumlah terbatas masih memiliki wartawan Arab atau muslim. Dengan demikian laporan tentang Palestina di media Eropa secara umum lebih ”fair” daripada media Amerika.

Edward Said yang terkenal dengan bukunya Orientalism (Verso 1978), menguraikan apa yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina merupakan praktik kaum Orientalis yang sangat nyata. Pertama, sejarah ditulis ulang, yakni Palestina sebelum berdirnya Israel ialah: wilayah tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua, bangsa Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis beremigrasi ke sana.
Referensi:
swaramuslim
Hidayatullah Mei 2002

> MARXISME

Oleh Tony Cliff

Ditulis pada tahun 1961. Diterbitkan dalam T. Cliff, Selected Works: Marxist Theory After Trotsky (Jilid 3), tahun 2003.


Kata Pengantar

Marxsisme melihat kapitalisme sebagai sistem menyeluruh di mana kesemua bahagiannya adalah terikat dengan satu sama lain. Maka, kritikannya meliputi kesemua tahap kajian, dan mencuba untuk mengikatnya bersama. Maka, ia adalah penting, malah dalam rancangan asas, agar kita tidak mengetepikan apa-apa tahap, untuk mecuba membincangkan setiap topik dari setiap aspek. Ini bermakna bahawa persoalan kerajaan tidak dapat dilayani hanya sebagai persoalan politik, persoalan pengeluaran hanya sebagai persoalan ekonomi, perjuangan kelas hanya pada tahap sosial, dan sebagainya. Setiap topik mesti dikaji dari setiap aspek – bersejarah, sosial, ekonomi, politik, falsafah, ideologi, empirikal, dan sebagainya – untuk melihat bagaimana mereka berhubungan, dan akhirnya bagaimana kapitalisme berfungsi sebagai sebuah sistem menyeluruh dan bagaimana ia dapat ditumbangkan.

Bacaan
Semua orang yang mengambil kursus ini mesti membaca risalah-risalah berikut:

1. Marx dan Engels, Manifesto Komunis [The Communist Manifesto].
2. Marx, ‘Keterangan’ kepada Sumbangan Kepada Kritikan Ekonomi Politik [A Contribution to the Critique of Political Economy].
3. Lenin, Kerajaan dan Revolusi [State and Revolution].
4. Sosialis Antarabangsa, Perjuangan Demi Sosialisme [The Struggle for Socialism].

Bermulalah dengan Manifesto Komunis dan Perjuangan Demi Sosialisme, dan bacalah yang lain apabila diperlukan.

Tambahan lagi, untuk mengikuti aspek-aspek berbeza daripada topik-topik yang disentuh di sini, kami telah memberikan senarai buku dan risalah yang lebih panjang di hujung tulisan ini. Kami berharap bahawa ini akan membantu individu-individu dan kumpulan-kumpulan untuk bergerak menuju kajian lebih mendalam mengenai isu-ius yang diutarakan dengan ringkas di sini. Nota-nota ini tidak berdiri dengan sendiri. Ia mencuba untuk menitikberatkan benda-benda yang komrad-komrad patut mencari dalam bacaan dan perbincangan mereka sendiri, dan membiarkan pelbagai persoalan tanpa jawapan muktamad.

Akhirnya, pengetahuan mengenai Marxsisme asas hanyalah sebahagian daripada apa yang diperlukan oleh seseorang ahli parti revolusioner. Ia memberikan bingkai yang dapat membantu kita memahami dunia, tetapi ia perlu diamalkan kepada setiap keadaan nyata. Ini hanya dapat dipelajari dalam amalan, perbincangan dan perdebatan seharian, dan dalam pertempuran-pertempuran perjuangan kelas seharian. Tanpa amalan ini, rancangan pendidikan paling baik tidak mempunyai maksud.


Mengapa kelas pekerja?

Prinsip utama Marxsisme adalah bahawa kelas pekerja merupakan satu-satunya kumpulan sosial yang mampu, melalui aktiviti sendiri, untuk membawa pengasasan sosialisme. Ini dinyatakan dalam kenyataan Internasional Pertama dan telah menjadi dasar bagi segala aktiviti sosialis yang serius sejak itu.

Apakah sebuah kelas sosial?
Dalam mana-mana masyarakat, keperluan pertama adalah bahawa manusia mengeluarkan dan mengeluarkan semula cara-cara kewujudannya. Maka, hubungannya kepada cara-cara pengeluaran adalah penting, dan menentukan setiap aspek daripada kehidupannya. Dalam pengeluaran, manusia berhubung dengan satu sama lain dengan cara yang berbeza – kerjasama atau konflik. Manusia yang berdiri dalam hubungan yang sama dengan cara-cara pengeluaran berkongsi kepentingan dan dikatakan membentukkan sebuah kelas yang menjadi dasar pertubuhan kolektif untuk mempertahankan dan melanjutkan kepentingan-kepentingan mereka. Dengan itu, mereka memasuki konflik dengan kumpulan-kumpulan lain dengan kepentingan-kepentingan lain, dan maka bangkitlah perjuangan kelas. “Sejarah kesemua masyarakat yang sedia ada adalah sejarah perjuangan kelas.” Orang bebas dan hamba di Rom Kuno, tuan dan hamba serf di Eropah pada Zaman Pertengahan, hamba dan pemilik hamba, dan sebagainya, membentukkan kelas-kelas seperti itu. Dalam masyarakat kapitalis, perjuangan dua kelas pada masa bergantungnya perkembangan masyarakat adalah borjuasi (kelas kapitalis) dan proletariat (kelas pekerja). Terdapatnya juga kelas-kelas lain dalam masyarakat kapitalis (misalnya, kaum petani, kelas menengah) tetapi akhirnya kepentingan mereka bergantung pada cara mereka berdiri berkenaan dengan dua kelas yang asas tersebut.

Masalah perubahan
Beberapa pihak melihat sejarah seperti hasil tindakan orang-orang besar. Pihak lain pula melihat sejarah, misalnya, sebagai usaha manusia yang menjadi semakin makrifat. Namun demikian, sejarah benar, sejarah umat manusia, hanya dapat difahami sebagai aktiviti manusia benar yang berjuang secara kolektif demi pencapaian kepentingan-kepentingan mereka. Maka, perubahan revolusioner dalam masyarakat hanya dapat menjadi hasil sebuah kelas sosial di mana kepentingan-kepentingannya adalah bertentangan secara objektif dengan pengaturan masyarakat yang sedia ada.

Kelas pekerja dalam pengeluaran
Pengeluaran di bawah kapitalisme adalah usaha sosial – segala-galanya yang dihasilkan bergantung kepada proses kerjasama sosial yang rumit. Ini adalah bertentangan dengan pengeluaran petani, misalnya, di mana setiap rumahtangga petani menghasilkan, secara asing daripada rumahtangga-rumahtangga lain, segala-gala yang diperlukannya. Matlamat pengeluaran dalam masyarakat kapitalis adalah untuk meluaskan kapital – untuk membuat keuntungan – dan ini hanya dapat dilakukan dengan kos kepada kelas pekerja. Maka, apa yang dihasilkan, mengapa ia dihasilkan, keadaan-keadaan di bawah mana orang bekerja, segalanya berada dalam tangan kelas kapitalis. Sebuah kelas pekerja yang dieksploitasi adalah dasar bagi kewujudan kapitalisme. Kaum borjuasi, yang pada masa revolusi borjuasi dan penghapusan feudalisme bersifat progresif, dan dengan agak munasabah dapat mewakili kepentingan-kepentingan kesemua kumpulan tertindas dalam masyarakat, kini telah menjadi reaksioner sepenuhnya, batasan kepada perkembangan kuasa-kuasa produktif demi pembebasan umat manusia. Pengeksploitasian kelas pekerja dalam bidang pengeluaran juga terdedah dalam usaha pengagihan – pembahagian gaji dan keuntungan, pemusatan kekayaan dalam tangan golongan minoriti, kemiskinan, perkhidmatan pendidikan yang tidak mencukupi dan tidak adil, perkhidmatan sosial, dan sebagainya. Pihak reformis sentiasa memusatkan perhatian pada bidang pengagihan sahaja – mereka tidak menyentuh bidang pengeluaran dan pengeksploitasian. Iaitu, mereka telah berusaha untuk menangani kesan-kesan pengeluaran kapitalis, bukannya struktur asas kapitalisme, dan maka ia bukanlah menghairankan bahawa mereka tidak pernah mampu untuk menangani malah isu-isu sosial yang mereka mengatakan adalah isu-isu yang dapat diselesaikan oleh politik parlimen.

Demokrasi borjuasi dan kepentingan abadi
Sistem-sistem demokratik mendakwa bahawa ia mewakili kepentingan umum, sesuatu yang abadi. Sebenarnya, kesama-rataan politik (kerana kami semua mengundi) adalah seiras dengan ketidak-samarataan sosial dan ekonomi, dan melanjutkan ketidak-samarataan ini. Kerajaan sebenarnya mewakili kepentingan khusus, dan ‘kepentingan kebangsaan,’ walau apa pun namanya, sebenarnya adalah kepentingan kapitalis khusus. Kelas pekerja tidak mempunyai kepentingan dalam melanjutkan pengeksploitasian mereka, dan juga tidak terdapatnya apa-apa kepentingan abadi tulin yang bertentangan dengan kepentingan majoriti penduduk. Kelas pekerja, bertentangan dengan borjuasi, mewakili kepentingan abadi tulin – kebebasan dan kepuasan keperluan-keperluan umat manusia, pada dasar pengaturan pengeluaran secara bebas lagi demokratik untuk memuaskan keperluan-keperluan tersebut.

Maka, kerana kedudukan mereka dalam masyarakat, kelas pekerja sebagai dasar pengeluaran, tetapi tidak dapat memuaskan kepentingan-kepentingan mereka dalam sistem sosial kapitalis, mewakili negasi kapitalisme. Dalam masyarakat tetapi tidak sebahagian daripadanya, pengaturan dan pengejaran kepentingan-kepentingan mereka mewakili ancaman kepada kewujudan pengeksploitasian kapitalis. Kerana dasar kewujudan kelas pekerja adalah pengeluaran sosial bersama, bukannya pengeksploitasian kelas yang lain, perjuangan kelas proletariat mewakili potensi kebebasan kesemua kumpulan yang ditindas.

Malah pengaturan
Kelas pekerja adalah satu-satunya kumpulan sosial yang mampu, melalui aktiviti sendiri, untuk membebaskan masyarakat, untuk mengasaskan sosialisme. Pencapaian ini melibatkan perkembangan kesedaran jelas mengenai apa sebenarnya merupakan kepentingan kelas pekerja – perkembangan kesedaran sosialis. Bagaimana ini dapar dicapai melibatkan persoalan strategi, taktik, pengaturan, rancangan dan sebagainya, dan akan dikaji di bawah persoalan parti.

Sejarah kelas pekerja
Bahawa ini dapat dicapai ditunjukkan oleh seluruh sejarah dan perjuangan kelas pekerja. Potensi kelas pekerja dilihat dengan paling jelas dalam Komun Paris dan Revolusi Oktober di Rusia, dan juga misalnya dalam Perang Saudara Spanyol, Revolusi Hungari pada tahun 1956, dan sebagainya. Sejarah kelas pekerja Britain menunjukkan kekayaan dalam kemampuan pekerja untuk mengatur diri mereka menentang pelbagai jenis serangan kapitalis. Ia belum lagi menunjukkan cabaran secara langsung, berkesedaran, revolusioner terhadap susunan yang sedia ada, kecuali mungkin dalam tahun-tahun pertama Parti Komunis Britain.

Bacaan: Marx dan Engels, Manifesto Komunis.


Pandangan Marx mengenai sejarah

Titik permulaan bagi Marx sentiasa adalah manusia yang hidup, kerana mereka menghasilkan cara-cara kewujudan mereka sendiri. Apa yang dia berusaha untuk menangani adalah dwi-hubungan manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Iaitu, manusia, melalui proses berusaha, mengubah alama untuk memenuhi keperluan-keperluannya. Dia melakukan ini dalam beberapa hubungan (kerjasama dan/atau konflik) dengan manusia yang lain. Aktiviti-aktiviti ini mendirikan kuasa-kuasa pengeluaran dan hubungan-hubungan pengeluaran, atau apa yang dinamakan oleh Marx sebagai dasar ekonomi dalam mana-mana masyarakat.

(a) Sejajar dengan dasar ini, bentuk kewujudan sosial ini, terdapatnya beberapa bentuk kesedaran tertentu (misalnya, idea-idea keagamaan, pandangan politik, dan sebagainya).
(b) Pada tahap tertentu, hubungan bahagia di antara kuasa-kuasa dan hubungan-hubungan pengeluaran, yang membantu perkembangan kuasa-kuasa produktif, menjadi belenggu kepada perkembangan ini.
(c) Mana-mana susunan sosial tidak dapat dihapuskan sebelum perkembangan kuasa-kuasa produktif paling penuh telah berlaku.
(d) Secara umumnya, cara-cara pengeluaran Asiatik, kuno, feudal dan kapitalis moden merupakan zaman-zaman progresif dalam pembentukan masyarakat.
(e) Dengan pembentukan kapitalis dan penumbangannya, pra-sejarah umat manusia berakhir. “Manusia menciptakan sejarah mereka sendiri, tetapi bukannya di bawah keadaan-keadaan yang dipilih sendiri.” Matlamat teori adalah untuk memahami mengapa bukannya di bawah keadaan-keadaan yang dipilih sendiri, dan berkaitan dengan amalan, untuk menghapuskan batasan-batasan pada aktiviti bebas manusia. Di bawah sosialisme, secara ringkas, manusia akan menciptakan sejarah mereka sendiri.

Kuasa-kuasa pengeluaran
Ini bukan sahaja merujuk kepada teknologi dan jentera, atau tahap pengeluaran fizikal.

(a) Pada mulanya, ia hanya bermakna kuasa tenaga pekerja benar manusia.
(b) Apa-apa yang meningkatkan kemampuan produktif ini juga adalah kuasa produktif. Maka:
• Amalan sains dan teknik kepada industri adalah kuasa produktif.
• Kerjasama pekerja dalam pengeluaran adalah kuasa produktif.
• Kuasa sendiri adalah kuasa produktif, misalnya keganasan yang terlibat dalam menggusurkan petani dari tanah pada tahap-tahap kapitalisme awal.
(c) Dari segi khas, istilah kuasa produktif mungkin diamalkan kepada proletariat sendiri, yang melalui tindakan revolusioner dapat membebaskan kuasa-kuasa yang wujud dalam tenaga pekerja sosial pada mana bergantungnya masyarakat kapitalis. “Di antara kesemua alat pengeluaran, kuasa produktif terunggul adalah kuasa tenaga pekerja.”

Hubungan-hubungan pengeluaran
Ini merujuk kepada pengaturan sosial dalam pengeluaran, cara kerjasama di bawah mana pengeluaran dilaksanakan. Dari segi undang-undang, ini diluahkan oleh hubungan-hubungan berharta (tetapi notakan undang-undang, sebagai sebahagian daripada mahastruktur, dapat mendedahkan benda sejauh mana ia mendedahkan realiti – seperti yang ditunjukkan oleh perlembagaan Rusia).

Konflik di antara kuasa-kuasa dan hubungan-hubungan pengeluaran
Sambil konflik di dasar meningkat, terdapatnya tiga kemungkinan:

(a) Kuasa-kuasa produktif (yang terdiri dalam aktiviti kelas sosial yang semakin bangkit) meletus, misalnya revolusi-revolusi borjuasi di Perancis dan England.
(b) Kuasa-kuasa produktif gagal untuk meletus, misalnya kemerosotan masyarakat penghambaan Rom.
(c) Terdapatnya kebantutan, misalnya masyarakat-masyarakat Timur (hidraulik, pengairan) di Mesir Kuno, Babylon dan Empayar Cina.

Motor bagi perkembangan sosial, bagi perubahan dari satu bentuk masyarakat menuju bentuk lain, adalah perjuangan kelas. Ini adalah sangat penting, kerana pengakhiran kapitalisme bukanlah sesuatu yang akan berlaku sesuatu hari nanti apabila sistem itu berakhir dengan sendiri, dan digantikan pada hari seterusnya oleh sosialisme. Kapitalisme, yang merupakan sesuatu sistem dinamik yang sentiasa merasionalisasikan cara-cara pengeluaran, telah menunjukkan bahawa dengan masa, ia dapat pulih daripada mana-mana krisis dan bermula sekali lagi. Kos ini adalah sangat tinggi – pada abad ke-20 sahaja, telah berlakunya dua perang dunia, fasisme, pengeksploitasian imperialis ke atas dunia membangun, pengangguran luas di kalangan kelas pekerja perindustrian terutamanya pada tahun 1930-an, pembaziran sumber-sumber pada persenjataan sejak Perang Dunia Kedua, dan sebagainya.

Sistem ini tidak akan meninggal dunia sehingga terdapatnya perkembangan sepenuhnya kuasa-kuasa produktif. Kini, kelas pekerja telah menjadi kuasa produktif paling penting. Dalam perkembangannya yang paling penuh dari segi kesedaran dan pengaturan, terletaknya perkembangan kuasa-kuasa produktif yang wujud di bawah kapitalisme – hanya selepas itu dapatnya sistem kapitalis dihapuskan buat selama-lamanya. Faktor subjtktif ini, yang bangkit pada dasar percanggahan-percanggahan objektif dalam pengeluaran kapitalis, menyempurnakan perkembangan konflik-konflik dalam dasar ekonomi.

Dasar dan mahastruktur
Pada dasar ekonomi bangkitnya mahastruktur masyarakat – bidang-bidang perundangan, politik, estetik, keagamaan dan falsafah. Yang ini adalah usaha untuk memahami aktiviti-aktiviti manusia di dunia – dan, seperti kesemua usaha untuk memahami, ia mestilah benar atau salah. Dalam erti kata lain, ‘dasar ekonomi’ merujuk kepada aktiviti pengeluaran sedar manusia yang bertujuan untuk menciptakan dan mengekalkan keadaan-keadaan kehidupan manusia; ‘mahastruktur’ mencuba untuk memunasabahkan, mengesahkan, dan memahami bentuk-bentuk yang diambil oleh aktiviti ini.

Secara umumnya, sehingga ini usaha-usaha untuk memahami belum disempurnakan, berat sebelah dan terhad. Usaha-usaha seperti itu menjadi bersifat ideologi apabila ia ‘melupai’ untuk menghubungkan perspektif (misalnya perspektif keagamaan atau falsafah) dengan aktiviti manusia, dan mencuba untuk membina sistem-sistem pemahaman dengan sendiri – misalnya, untuk mencuba menulis sejarah dari segi apa yang orang-orang besar (misalnya, raja-raja England) telah berfikir dan melakukan; atau untuk menulis sejarah pertumbuhan kebebasan dari segi perkembangan undang-undang yang diamalkan kepada semua orang secara sama rata – melupai bahawa kerana manusia bukanlah sama rata dari segi sosial dan ekonomi, bahawa ‘kebebasan’ seperti itu seringkali hanya bersifat akademik. Seperti yang dikatakan oleh Anatole France, “Undang-undang yang paling unggul tidak membenarkan kaum kaya dan miskin untuk tidur di bawah jambatan.” Atau sekali lagi, pandangan demokrasi sosial yang memisahkan perjuangan ekonomi dan perjuangan politik, ‘melupai’ hubungan di antara kedua-duanya dan menjadi bersifat ideologi dari segi teori, lalu membawa penganiayaan dalam amalan.

Ekonomi politik borjuasi bukanlah bersifat ideologi kerana ia sekurang-kurangnya mencuba memahami dasar pada mana masyarakat bergerak dan berkembang – Marx telah mengkritiknya kerana kelemahannya. Ekonomi moden telah melepaskan kerisauan ini dan telah menjadi peminta maaf bagi ekonomi politik borjuasi.

Dalam bidang teori politik, pandangan-pandangan demokrasi moden adalah pandangan-pandangan terhad lagi berat sebelah mengenai apa yang sebenarnya berlaku – ia menyembunyikan realiti masyarakat kelas dengan mengatakan bahawa demokrasi politik mantap dapat wujud (kita semua memiliki hak mengundi) sambil tidak wujudnya demokrasi ekonomi dan sosial. Begitu juga di negara-negara Komunis, mereka berkata bahawa sosialisme wujud kerana cara-cara pengeluaran dimiliki oleh kerajaan. Mereka melupai untuk bertanya siapakah yang ‘memiliki’ kerajaan, dan ia jelasnya bukanlah kelas pekerja.

Unsur-unsur mahastruktur ini mesti dikritik dan difahami, tetapi ia tidak mencukupi untuk melakukannya hanya dari segi teori. Misalnya, terdapatnya pelbagai kritikan terhadap agama sebagai sesuatu ilusi, tetapi agama masih wujud. Kritikan seperti itu, jika ia adalah tepat, hanya dapat diuji dengam menumbangkan sesuatu keadaan sosial yang memerlukan ilusi-ilusi. Dengan membina sosialisme danb menunjukkan bahawa ‘syurga’ hanyalah metafora bagi apa yang umat manusia dapat mencapai melalui usaha-usahanya sendiri, seseorang akan menghapuskan keperluan bagi agama.

Bacaan: Marx dan Engels, Manifesto Komunis; Marx, ‘Keterangan’ kepada Sumbangan Kepada Kritikan Ekonomi Politik.


Pengeluaran dan pengeksploitasian: Ekonomi masyarakat kapitalis

Komoditi
Komoditi-komoditi adalah barangan yang dihasilkan untuk dijual di pasaran, dan kekayaan masyarakat dari segi mana cara pengeluaran kapitalis bermaharaja kelihatan seperti ‘akumulasi besar komoditi-komoditi.’ Masyarakat seperti itu disifatkan oleh pengeluaran komoditi umum.

Nilai kegunaan dan nilai pertukaran
Nilai kegunaan sesuatu komoditi adalah kemampuannya untuk memuaskan keinginan atau keperluan seseorang (misalnya, untuk memakai kot, makanan kubis, dan sebagainya). Nilai pertukaran sesuatu komoditi adalah kemampuannya untuk bertukar dengan komoditi-komoditi lain, atau untuk dijual-beli demi wang di pasaran. Benda-benda mempunyai nilai-nilai pertukaran yang berlainan kerana ia adalah berbeza dari segi kualitatif – kemampuannya untuk bertukar dengan satu sama lain di pasaran memerlukan anggapan bahawa ia mempunyai sesuatu ciri yang sama, bahawa ia dapat dibandingkan secara kuantitatif dengan satu sama lain. Apakah faktor serupa ini? Ia adalah fakta bahawa kesemuanya merupakan hasil-hasil usaha manusia dari segi abstrak.

Teori tenaga pekerja mengenai nilai
Nilai komoditi-komoditi ini yang membolehkannya untuk ditukar dengan satu sama lain diukur dari segi jumlah bahan pencipta-nilai yang terkandung dalamnya, iaitu dari segi masa tenaga pekerja diperlukan secara sosial yang digunakan untuk menghasilkan komoditi tersebut. Hukum nilai ini merupakan satu-satunya hukum yang dapat mengawal pertukaran komoditi-komoditi.

Maka, misalnya, jika produktiviti tenaga pekerja meningkat kerana jentera baru diperkenalkan dan setiap helai baju kini dapat dihasilkan dalam separuh masa berbanding dengan dahulu, nilai setiap helai baju akan dikurangkan.

Dua jenis tenaga pekerja – kukuh dan abstrak
Sejajar dengan nilai kegunaan dan pertukaran sesuatu komoditi adalah dua jenis tenaga pekerja – kukuh dan abstrak. Tenaga pekerja kukuh adalah tenaga pekerja yang digunakan untuk menciptakan sesuatu benda berguna. Namun, nilai pertukaran diukur dengan membuat abstraksi dari sifat berguna tenaga pekerja dan dari bentuk yang ia mengambil, iaitu ia adalah tenaga pekerja secara abstrak. Ia mungkin dikatakan bahawa ini tidak dapat dilakukan – namun masyarakat kapitalis sentiasa melakukannya, apabila sesuatu komoditi dijual atau dibeli.

Kitaran komoditi-komoditi
Pihak kapitalis memasukkan wang ke dalam kitaran (misalnya membeli jentera, bahan-bahan mentah, mengupah pekerja, dan sebagainya) dengan harapan meraih lebih banyak wang pada akhir proses berbanding dengan jumlah wang yang dilaburkan. Dari manakah datangnya nilai lebih ini? Ia tidak dapat muncul dari penjualan komoditi-komoditi di atas nilai mereka – walaupun seorang kapitalis akan meraih keuntungan, ia akan merugikan pihak kapitalis yang lain dan jumlah nilai dalam sistem tidak akan berubah. Dalam cara yang sama, ia tidak dapat muncul dari pembelian komoditi-komoditi di bawah nilainya. Sememangnya, harga-harga akan berubah dengan bekalan dan tuntutan (misalnya, peningkatan harga lilin semasa permogokan pekerja elektrik). Tetapi harga bukanlah serupa dengan nilai – ia adalah berbeza, dan merupakan perluahan cara nilai diagihkan di kalangan masyarakat. Harga-harag tidak menjelaskan bagaimana nilai diciptakan.

Kuasa tenaga pekerja sebagai komoditi
Nilai lebih hanya dapat diciptakan dengan pihak kapitalis membeli komoditi mengikut nilainya, dan menciptakan nilai dengan ‘penggunaan’ komoditi ini. Apakah komoditi yang mampu menciptakan lebih banyak nilai daripada nilainya sendiri sambil ia digunakan? Di bawah kapitalisme, terdapatnya sesuatu komoditi seperti itu – kemampuan manusia untuk bekerja. Untuk kemampuan manusia untuk bekerja menjadi sesuatu komoditi, dua keadaan mesti dipenuhi – ia mestilah menjadi tenaga pekerja ‘bebas’ dari dwi-segi:

1. Pemiliknya mestilah bebas daripada memiliki cara-cara pengeluaran.
2. Dia mestilah bebas untuk menjual kuasa tenaga pekerjanya.

Misalnya, penenun kain pada tahap-tahap awal pengeluaran kain seringkali menjual sebahagian atau seluruh cara-cara pengeluaran yang dia menggunakan. Hamba tidak dibenarkan menjual kuasa tenaga pekerjanya – dia ‘dimiliki’ oleh tuannya.

Nilai sama rata ditukar, namun pekerja dirompak
Prinsip kapitalisme adalah bahawa nilai-nilai sama rata dapat ditukar. Maka, apabila seorang pekerja menjual kuasa tenaga pekerjanya, dia mesti dibayar bagi nilainya. Nilai ini, seperti kesemua nilai, diukur oleh jumlah masa tenaga pekerja yang diperlukan secara sosial untuk menghasilkan dan menghasilkan semula kelas pekerja. Ini akan diukur dari segi jumlah yang perlu dibiayai untuk menyediakan pakaian, makanan, rumah dan sebagainya bagi pekerja. Tahap penghidupan ini sentiasa mempunyai aspek sosial dan tidak dapat diukru secara mutlak dan bagi semua orang. Misalnya, di beberapa bahagian Amerika, kerana pengangkutan awam berada dalam keadaan buruk, kemampuan pekerja untuk mencari pekerjaan akan bergantung kepada permilikan kereta, dan ini perlu dipertimbangkan apabila mengukur nilai kuasa tenaga pekerja di sana.

Apakah yang berlaku apabila seorang pekerja menjual kuasa tenaga pekerjanya? Orang yang membelinya mendapat ‘hak’ untuk menggunakannya, sebagaimana jika saya membeli sepasang kasut, saya mempunyai hak untuk memakainya. Maka, pihak kapitalis, selepas membeli kuasa tenaga pekerja, akan menggunakannya, iaitu mengerjakannya mungkin selama lapan jam sehari,, dan dalam tiga jam pertama ia akan menghasilkan barangan yang mempunyai nilai sama rata dengan nilai kuasa tenaga pekerja itu. Dalam lima jam seterusnya, dia akan menciptakan lebih banyak nilai daripada nilai kuasa tenaga pekerjanya – ini dinamakan nilai lebih.

Kini perhatikan bahawa di bawah kapitalisme:

(a) Apa yang dihasilkan oleh pekerja dimiliki oleh pihak kapitalis.
(b) Nilai lebih yang dia menciptakan dimiliki oleh pihak kapitalis.
(c) Pada hujung proses ini, para pekerja mengekalkan kuasa tenaga pekerjanya dan dapat menjualkan sekali lagi.

Kapitalisme adalah bebas dari seginya sendiri, tetapi sistem ini merompak pekerja. Proses memerah nilai lebih ini, yang dimiliki secara ‘sah’ oleh pihak kapitalis, dinamakan pengeksploitasian.

Pengeksploitasian menentang penindasan
Istilah-istilah ini tidak patut dikelirukan. Kaum petani di Vietnam, kaum kulit hitam di Afrika Selatan, kaum perempuan dalam setiap masyarakat mungkin ditindas dan mengalami kehidupan melarat, dan sememangnya perjuangan mereka untuk menumbangkan penindasan ini mesti disokong tanpa halangan. Tetapi mereka tidak semestinya dieksploitasi – misalnya sebuah keluarga petani yang tidak mampu untuk menanam beras yang mencukupi untuk dimakan, biarpun untuk dijual di pasaran, tidak dieksploitasi sama sekali. Ia secara umumnya adalah para pekerja paling mahir yang paling dieksploitasi, dalam kemampuan mereka untuk menghasilkan jumlah nilai lebih yang tinggi.

Kapitalisme sebagai sistem menyeluruh
Sistem seperti itu yang menghasilkan kekayaan dalam bentuk nilai pertukaran, bukannya untuk memuaskan keperluan sosial tetapi untuk membuat keuntungan, sememangnya mengalami krisis-krisis dan percanggahan-percanggahan. Persaingan di antara unit-unit kapital yang berlainan membawa keperluan bagi setiap kapital untuk sentiasa merasionalisasikan cara-cara pengelurannya. Misalnya, jika satu perusahaan kereta memperkenalkan proses teknikal baru, perusahaan-perusahaan lain juga perlu memperkenalkan teknik yang sama atau proses yang lain, jika tidak, perusahaan pertama akan mengalahkan kesemua pesaing di pasaran. Maka persaingan ini membawa keperluan berterusan bagi kapital untuk diakumulasi.

Kini (1) kadar akumulasi ditentukan oleh kadar keuntungan. Sambil industri menjadi lebih kapital intensif (iaitu sambil semakin banyak jentera diperkenalkan untuk menggantikan pekerja, yang diperlukan oleh pihak kapitalis kerana persaingan di antara mereka), atau seperti yang dikatakan oleh Marx, sambil kandungan organik dalam kapital meningkat, terdapatnya kurang tenaga pekerha hidup dari mana nilai lebih dapat diperah, terdapatnya kebiasaan bagi kadar keuntungan untuk merosot. Ini dapat dihadkan dengan beberapa cara (misalnya, dengan meningkatkan kadar pengeksploitasian melalui perjanjian produktiviti) tetapi ia kekal sebagai kebiasaan asas di bawah kapitalisme. (2) Terdapatnya kebiasaan bagi pengeluaran untuk bertumbuh dengan lebih laju daripada pasaran yang dimiliki. Kadar akumulasi yang tinggi bermakna bahawa terdapatnya sumber yang berkurangan untuk dibelanjakan pada barangan pengguna, iaitu untuk membeli komoditi-komoditi yang sistem kapitalis mengeluarkan.

Jika bukan kerana kebiasaan bagi kadar keuntungan untuk merosot, seseorang dapat menyelesaikan masalah kedua dengan meningkatkan gaji. Jika bukan kerana kebiasaan bagi pengeluaran untuk bertumbuh dengan lebih laju daripada pasaran, seseorang dapat menyelesaikan masalah pertama dengan memotong gaji (misalnya, fasisme).

Tetapi masalah-masalah ini bangkit, pada masa yang sama, dari sifat pengeluaran kapitalis – ia dapat menjumpai penyelesaian sementara kepada masalah-masalahnya, tetapi ia tidak dapat menyelesaikannya buat selama-lamanya.

Nota-nota ini menggariskan dasar kritikan saintifik Marx terhadap pengeluaran kapitalis. Kajian ‘ekonomi’ ini mempunyai aspek-aspek lain yang mesti dipertimbangkan secara ringkas.

Falsafah
Dari sudut pandangan kapitalis, satu-satunya aspek pekerja yang dipertimbangkan oleh sistem adalah kemampuannya untuk bekerja. Manusia, dengan segala kebolehannya, kuasa-kuasa kreatif, emosi dan sebagainya, disingkirkan, dalam fungsi-fungsi seharian kapitalisme, kepada abstraksi berat sebelah, kepada nilai pertukarannya. Dari pengeksploitasian kelas pekerja dan proses pengeluaran bangkitnya alienasi manusia – kerana dalam cara pengeluaran diatur, dia kehilangan kawalan ke atas apa yang dihasilkan olehnya, bagaimana ia dihasilkan, dan dia juga diasingkan daripada manusia lain dan dari hubungan-hubungan sosial dengan orang lain, misalnya melalui persaingan bagi pekerjaan yang memaksa kumpulan-kumpulan pekerja untuk bersaing dengan pekerja-pekerja lain. Dari segi falsafah asas, manusia diasingkan daripada sifatnya sendiri – iaitu sebagai pencipta dan pengawal kehidupan sosial.

Hubungan-hubungan manusia mengambil bentuk hubungan-hubungan di antara benda-benda, kerana walaupun pengeluaran sememangnya bersifat sosial, pengeluar-pengeluar komoditi hanya menjadi sedar akan hubungan-hubungan sosial mereka melalui pertukaran komoditi-komoditi di pasaran, iaitu melalui perantaraan apa yang dihasilkan oleh mereka. Ini merupakan fetisyisme komoditi-komoditi, penggantian hubungan-hubungan manusia yang benar oleg hubungan-hubungan di antara benda-benda.

Sosial
Aspek sosial dalam pengeluaran kapitalis adalah perjuangan kelas. Terdapatnya perjuangan berterusan oleh pihak kapitalis untuk memerah nilai lebih, oleh pekerja untuk mempertahankan diri mereka dan keadaan-keadaan bekerja, dan kadar keuntungan bergantung kepada imbangan kuasa-kuasa kelas ini. Bergantung kepada tahap sehingga mana pihak kapitalis merasai diri mereka diancam, mereka bersedia untuk menggunakan ideologi (misalnya, ‘kepentingan kebangsaan,’ serangan ke atas pemimpin-pemimpin pekerja), kerajaan (misalnya, parlimen dan perundangan anti-kesatuan pekerja, atau polis dan tentera) atau peperangan untuk mempertahankan keuntungan dan pemerintahan kelas.

Bersejarah
Kritikan Marx terhadap ekonomi politik juga menunjukkan bagaimana cara pengeluaran kapitalis telah bangkit dan bagaimana ia akan meninggal dunia, iaitu ia melayani sistem tersebut sebagai hanya satu bentuk pengaturan pengeluaran dan masyarakat dalam sejarah. Asal-usulnya adalah ganas – dalam akumulasi kuno, dalam penciptaan kelas pekerja yang tidak memiliki apa-apa untuk dijual kecuali kuasa tenaga pekerja mereka. Fungsinya dilanda oleh krisis, percanggahan, pengeluaran pembaziran besar (misalnya, senjata) di samping keperluan dan kemiskinan berleluasa, dan oleh konflik sosial. Perluasan kuasa-kuasa pengeluaran demi keuntungan adalah seiras dengan penciptaan dan penciptaan semula kelas pekerja. Dalam aktiviti sendiri, kesedaran dan pengaturan kelas tersebut terletaknya sistem pengeluaran dan pengaturan sosial masa depan demi keperluan dan bukannya keuntungan – iaitu sosialisme.

Politik
Peranan kerajaan dalam perkembangan dan pertahanan kapitalisme juga adalah penting, biarpun dalam cara ia membantu pihak kapitalis untuk menangani anarki pasaran antarabangsa, mahupun untuk menghindari ancaman dari kelas pekerja. Isu ini akan dikaji secara asing.

Bacaan: Marx, gaji, Harga dan Keuntungan (kadang-kala diterbitkan di bawah tajuk Nilai, Harga dan Keuntungan).


Reformasi atau revolusi?

‘Reformisme’ merujuk kepada teori-teori pembasmian kapitalisme melalui sosialisasi sektor-sektor ekonomi secara beransur-ansur dan satu demi satu, atau dengan menggunakan aliran-aliran politik biasa.

Perkataan tersebut kadang-kala juga digunakan untuk merujuk kepada perjuangan demi reformasi-reformasi individu di dalam kapitalisme. Di sini, kita menangani aspek pertama, iaitu seluruh persoalan bagaimana kapitalisme dapat dibasmikan.

‘Pembebasan kelas pekerja mesti menjadi tindakan kelas pekerja sendiri’
Inti sosialisme adalah kawalan sedar ke atas masyarakat oleh kesemua ahlinya. Kelas pekerja adalah pendukung unik kesedaran ini, dan dalam membebaskan dirinya, ia memberikan dasar bagi kawalan sedar ini. Maka, perubahan dari kapitalisme menuju sosialisme dicapai oleh kelas pekerja sebagai sebuah kelas yang merampas kuasa. Ini adalah proses menyeluruh di mana kelas pekerja menjadi sedar akan kedudukannya di bawah kapitalisme dan akan kemungkinan untuk mengatur semula masyarakat secara menyeluruh, dan membina pertubuhan-pertubuhannya yang menjadikan kemungkinan ini sesuatu realiti.

Reformisme adalah tidak sesuai dengan ini kerana dua sebab:

(1) Perubahan beransur-ansur tidak memberikan perhatian kepada sifat kapitalisme sebagai sistem menyeluruh, dan tentangan yang akan dihadapkan kepada perubahan seperti itu.
(2) Reformisme beransur-ansur dan ‘jalan parlimen’ menafikan kemungkinan kelas pekerja bertindak sebagai sebuah kelas, dan kemungkinan demokrasi kelas pekerja yang benar. Ianya bersifat elitis dan secara umumnya merisaukan kecekapan (“kami dapat mengelolakan sistem dengan lebih baik”) bukannya kebebasan (“kami akan mengelolakan sistem demi kepentingan kami sendiri”). Sememangnya, mengelolakan masyarakat dalam kepentingan-kepentingan kami sendiri adalah seripa dengan mengelolakannya dengan lebih baik, tetapi yang bertentangan dengan itu tidak semestinya benar. Kerajaan Buruh yang mencapai kuasa pada tahun 1964 [di Britain] telah berjanji untuk mengelolakan sistem dengan lebih baik daripada Parti Konservatif. Melalui ini, mereka bermakna mengelolakan kapitalisme dengan lebih baik.

Revolusi kelas pekerja akan menjadi tindakan sedar. Perjuangan reformis adalah sangat penting dalam perjalanan menuju revolusi, tetapi dari sudut pandangan sosialis, ia perlu diukur dari segi sejauh mana ia membantu untuk memperkembangkan kesedaran revolusioner, dan pertubuhan-pertubuhan revolusioner kelas pekerja.

Kuasa kelas
Kelas kapitalis memegang kuasa dari pelbagai sefi – dalam masyarakat kapitalis, kuasa politik, sosial, ekonomi dan ideologi adalah berhubungan, tanpa mengira betapa berbeza dan berpelbagai ia kelihatan di negara-negara lain. Aspek ideologi adalah sangat penting. “Idea-idea yang memerintah adalah idea-idea kelas pemerintah.” Ini tidak bermakna bahawa kerajaan perlu memukul akhbar-akhbar dan syarikat-syarikat televisyen dengan kayu besar untuk mendapat sokongan mereka – akhbar-akhbar dan sebagainya biasanya diurus oleh syarikat-syarikat besar yang berkongsi kepentingan syarikat-syarikat besar secara umumnya, tanpa mengira betapa mereka tidak bersetuju dengan tindakan kerajaan.

Serupa dengan itu, idea-idea kelas pemerintah mempengaruhi kesemua tahap masyarakat, dan menjadi sebahagian daripada akal waras semua orang (misalnya, “tugas seharian adil bagi gaji seharian adil” atau “kita hidup di bawah demokrasi kerana kita semua memiliki hak mengundi”).

Dan kecuali jika ini adalah benar, sebuah kelas pemerintah eksploitatif yang tersangat jecil tidak dapat wujud kecuali dengan menggunakan keganasan. Maka, perjuangan demi sosialisme semestinya melibatkan perjuangan berterusan menentang idea-idea kelas pemerintah pada setiap tahap.

Reformisme tidak memberikan perhatian kepada ini, misalnya ia menerima idea kelas pemerintah bahawa kerajaan seolah-olah berada ‘di atas masyarakat,’ tidak berat sebelah dan dapat digunakan oleh sesiapa yang memenangi pilihanraya untuk meluluskan polisi-polisi baru, biarpun bersifat kapitalis atau sosialis (lihat nota-nota mengenai kerajaan). Secara umumnya, ia melihat kuasa politik sebagai sesuatu yang asing daripada bentuk-bentuk kuasa yang lain.

Pengeluaran di bawah kapitalisme
Inti pengeluaran kapitalis adalah penaklukan tenaga pekerja hidu oleh kapital (tenaga pekerja mati), dan keperluan berterusan untuk mengakumulasi kapital. Pengeksploitasian tidak dapat dibasmikan secara beransur-ansur, walaupun perjuangan kelas dapat menghadkannya. Kapitalisme sentiasa mencuba untuk meningkatkan akumulasi menentang gaji, dan ini sentiasa ditentang oleh perjuangan kelas pekerja. Perjuangan demi reformasi, jauh daripada menafikan keperluan bagi revolusi, menciptakan konflik-konflik yang hanya dapat diselesaikan oleh revolusi – kapitalisme tidak dapat memberikan apa-apa lagi, para pekerja tidak dapat menyingkirkan tuntutan. Tuntutan-tuntutan kuantitatif membawa keperluan bagi perubahan-perubahan kualitatif, dan antara kelas pekerja merampas kuasa atau ia dihancurkan (misalnya, Permogokan Umum tahun 1926 di Britain).

Pihak reformis memperdebatkan bahawa kesemua pekerja hanya memerlukan lebih banyak, bahawa apa yang kami maksudkan dengan pengeksploitasian adalah bahawa terdapatnya ketidak-samarataan dalam sfera pengagihan. Ia gagal untuk memahami bagaimana ketidak-samarataan ini bangkit dari sifat pengeluaran kapitalis. Misalnya, ramai ahli reformis sayap kiri telah menyokong polisi pendapatan Parti Buruh [di Britain], dan berkata bahawa ia akan menjadi cara untuk membantu pekerja yang bergaji rendah. Tetapi di bawah kapitalisme, kita tidak dapat memiliki kawalan ke atas keuntungan dan dividen, jika tidak, motor sistem tersebut – iaitu akumulasi untuk pelaburan – akan dilemahkan. Maka ia tidaklah menghairankan bahawa polisi pendapatan telah membawa pembekuan gaji. Apa yang dapat dicapai oleh polisi seperti itu hanyalah perubahan cara bahagian kelas pekerja daripada ‘kek kebangsaan’ diagihkan di kalangan pekerja. Ia tidak dapat mengubah imbangan di antara tenaga pekerja dan kapital (kecuali dalam kepentingan kapital).

Lebih-lebih lagi, reformisme mengabaikan peralihan ekonomi kapitalis menuju krisis. Maka, selepas beberapa lama, Parti Buruh di Britain telah menjumpai dirinya dalam kuasa semasa krisis seperti itu, dan segala reformasi yang dijanjikannya diketepikan sambil ia menangani krisis – tetapi menangani krisis bermakna pembaikan sistem kapitalis, peningkatan akumulasi, peningkatan kadar pengeksploitasian! Maka penyelesaian-penyelesaian reformis sentiasa memaksa kelas pekerja untuk membayar kos tinggi supaya kapitalisme dapat dikukuhkan.

Kepentingan reformisme yang semakin merosot
Kepentingan cara perjuangan reformis klasik sedang merosot. Kuasa dalam kelas pemerintah sendiri kurang berpusat pada parlimen, seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar pada tahap kebangsaan, dan peningkatan sifat antarabangsa perusahaan-perusahaan seperti itu. Kuasa ekonomi kapitalis sedang menjadi lebih bebas daripada mana-mana dasar kebangsaan.

Dasar kuasa klasik bagi tindakan reformis – iaitu parlimen kebangsaan – maka dilemahkan malah bagi perjuangan-perjuangan reformasi serta-merta. Hasil daripada ini, politik reformis kurang berjuang dan kurang menuntut reformasi-reformasi besar dan semakin menjadi ejen kapitalisme di hati kelas pekerja (misalnya, kerajaan Buruh terakhir berbanding dengan pendahulu-pendahulunya). Serupa dengan itu, sambil ia gagal untuk menyimpan janji-janjinya, reformisme tidak lagi berhubung dengan akar-umbi gerakan kelas pekerja.

Pusat perjuangan demi reformasi, demi pertahanan taraf kehidupan pekerja, telah berpindah dari pertubuhan-pertubuhan politik tradisional menuju perjuangan perindustrian.

Masa depan
Reformisme akar-umbi tempatan, bertentangan dengan reformisme politik lama, adalah didasarkan pada aktiviti sendiri kelas pekerja, dan dengan itu, ia dapat menjadi dasar bagi gerakan revolusioner baru untuk menentang kapitalisme. Pemisahan perjuangan ekonomi daripada perjuangan politik semakin diakhiri oleh kelas pemerintah sendiri. Polisi pendapatan, perjanjian produktiviti dan undang-undang anti-kesatuan pekerja telah membawa politik kembali ke kilang, kerana perjuangan-perjuangan reformis terhad di kilang telah menjadi ancaman kepada kewujudan kapitalisme. Perjuangan untuk mempertahankan wakil-wakil kilang menjadi perjuangan demi gerakan sosialis revolusioner baru, demi pertubuhan sebuah parti revolusioner.

Bacaan: Lenin, Kerajaan dan Revolusi; Cliff, Serangan Pihak Majikan: Perjanjian Produktiviti dan Cara Untuk Menentangnya [The Employers’ Offensive: Productivity Deals and How to Fight Them].


Kerajaan dan revolusi

Pemahaman jelas mengenai sifat kerajaan dalam masyarakat kapitalis adalah penting, kerana berkenaan dengan persoalan ini, lebih daripada mana-mana persoalan lain, kebanyakan bahagian daripada gerakan revolusioner telah mengalami kekeliruan – membawa kesalah-fahaman serius mengenai kepentingan tahap politik dalam perjuangan pekerja demi sosialisme, atau pelbagai jenis strategi dan taktik reformis (yang seringkali membawa kemelaratan).

Apakah kerajaan?
Kerajaan adalah kuasa di atas masyarakat dan meluahkan kewujudan percanggahan kelas dalam masyarakat kapitalis. Ia terdiri daripada badan-badan manusia bersenjata yang khas, dan yang memiliki penjara dan sebagainya di bawah kekuasaan mereka. Ia digunakan sebagai alat untuk mengekalkan pengeksploitasian kelas pekerja dan untuk menghapuskan apa-apa cabaran yang menghadapi kuasa kapital.

Bagaimana kerajaan menguasai
Apabila terpaksa, kerajaan menggunakan keganasan terbuka – angkatan tentera, dan sebagainya. Dalam keadaan-keadaan apabila konflik kelas tidaklah sangat terbuka, keganasan ini biasanya tidak sebegitu jelas, misalnya kegunaan pihak polis untuk mengawal penghancur permogokan, untuk menghalang demonstrasi daripada ‘melampaui batasan,’ tetapi di sini juga kegunaan kekuasaan adalah nyata.

Secara umumnya, kawalan diamalkan melalui cara-cara ideologi – melalui pengawalan pendidikan, pengawalan akhbar, radio dan televisyen, dan sebagainya. Iaitu, ideologi kelas pemerintah menyemai idea bahawa kita benar-benar memiliki kebebasan akhbar, kebebasan berucap, dan sebagainya. Akhir sekali, kerajaan menggambarkan dirinya sebagai sesuatu yang tidak berat sebelah, di atas perjuangan-perjuangan kumpulan-kumpulan dalam masyarakat, mewakili apa yang mereka memiliki bersama (‘kepentingan kebangsaan,’ dan sebagainya).

Bentuk-bentuk kerajaan
Kerajaan dapat mengambil pelbagai bentuk berbeza bergantung kepada keperluan-keperluan kapital pada masa-masa tertentu, misalnya:

(1) Di Britain pada abad ke-19, dengan borjuasi yang kuat dan hubungan-hubungan pengeluaran kapitalis yang dijamin, kerajaan mendakwa bahawa ia memainkan peranan tanpa campur tangan, seperti pengawal malam. Pengawalan kebanyakan aspek masyarakat ditentang, kerana kapital tidak memerlukan kawalan seperti itu.
(2) Di Jerman pada abad ke-19, di mana borjuasi sangatlah lemah, ia merupakan kerajaan yang telah menyatukan negara dengan peperangan, untuk memberikan bingkai kukuh bagi perkembangan kapitalis.
(3) Di Perancis dari tahun 1851 sehingga 1870, Napoleon III telah memerintah. Terdaptnya imbangan kuasa-kuasa kelas yang telah membolehkan Napoleon III, berdasarkan kaum petani bebas, untuk menguasai jentera kerajaan.
(4) Sekali lagi, di bawah fasisme, ancaman kepada kewujudan kapital telah menjadi begitu besar sehingga Hitler merampas kuasa dan menghancurkan pertubuhan-pertubuhan kelas pekerja dengan keganasan terbuka seperti yang tidak pernah dibayangkan. Kebanyakan pihak kapitalis tidak menyukai Hitler tetapi tidak melihat apa-apa penyelesaian lain kepada masalah-masalah mereka.
(5) Di Rusia pada tahun 1930-an, kelas pemerintah dan birokrasi kerajaan telah bergabung – kuasa politik dan ekonomi berada dalam tangan yang sama, dan ini bukanlah tangan kelas pekerja.

Apa yang contoh-contoh ini menunjukkan adalah bahawa di bawah sistem kapitalisme swasta, kaum borjuasi dapat memerintah, tetapi tidak perlu mentadbir, iaitu tidak perlu menguasai jentera kerajaan secara langsung. Tetapi kerajaan sentiasa menyokong kepentingan kelas mereka, yang merupakan perluasan kapital dengan mengeksploitasi kelas pekerja – sebagaimana birokrasi pemerintah di Rusia dan Eropah Timur (yang merupakan kelas pemerintah) didasarkan pada kepentingan-kepentingan kelasnya sendiri, iaitu perluasan pengeluaran kapitalis.

Terdapatnya tiga padangan pada sayap kiri mengenai kerajaan:

(a) Kekalkan dan gunakan kerajaan birokratik – pandangan pihak reformis dan Stalinis.
(b) Basmikannya dengan serta-merta selepas revolusi – pandangan anarkis.
(c) Hancurkan kerajaan borjuasi dan di tempatnya, bina sebuah kerajaan baru yang akhirnya akan menjadi layu – iaitu pemerintahan diktator oleh proletariat. Ini adalah pandangan Marxsis.

Kesilapan dua pandangan pertama akan menjadi jelas apabila kita mengkaji kerajaan proletariat yang akan didirikan selepas revolusi.

Pemerintahan diktator oleh proletariat
Perjuangan kelas tidak berakhir selepas rampasan kuasa secara revolusioner oleh kelas pekerja. Segala bukti bersejarah menunjukkan bahawa malah selepas revolusi, kaum borjuasi dan kumpulan-kumpulan lain yang mempunyai kepentingan untuk mempertahankan sistem kapitalis akan berjuang untuk menghancurkan kerajaan pekerja baru. Maka kumpulan pemerintah baru – kelas pekerja – perlu mengatur dirinya untuk menghancurkan segala tentangan reaksioner. Kerajaan baru akan didirikan – kerajaan pekerja.

Kerajaan ini adalah berbeza daripada mana-mana bentuk kerajaan di bawah kapitalisme. Ia akan didasarkan pada:

(1) Rakyat bersenjata – yang menggantikan ‘badan-badan manusia bersenjata yang khas.’
(2) Kelesapan birokrasi – kesemua pegawai akan dilantik dan ditakluki kepada panggilan kembali serta-merta, sambil menerima gaji pekerja.
(3) Parlimen akan digantikan oleh soviet-soviet – iaitu majlis-majlis pekerja – yang akan menggabungkan kawalan ke atas keputusan-keputusan politik dan ekonomi, dan yang akan menguasai pengeluaran.
(4) Pengawalan ke atas cara-cara telekomunikasi – akhbar dan sebagainya – akan berada dalam tangan soviet-soviet.

Maka, menentang pihak anarkis, seseorang mengutarakan keperluan untuk mempertahankan kejayaan-kejayaan revolusi dengan apa-apa cara yang diperlukan. Sambil perjuangan kelas berterusan, sesuatu bentuk kerajaan diperlukan.

Menentang pihak reformis dan Stalinis, seseorang berkata bahawa jentera kerajaan lama telah dibentukkan untuk mengekalkan pemisahan di antara mereka yang memerintah dan mereka yang diperintah. Ia mesti dihancurkan dan bentuk-bentuk pertubuhan baru diasaskan.

Beberapa pihak berkata bahawa mereka menentang apa-apa bentuk pemerintahan diktator – malah oleh kelas pekerja. Kepada mereka, kami berkata bahawa pemerintahan diktator selepas revolusi akan menjadi lebih demokratik daripada mana-mana sistem yang sudah wujud. Sebenarnya, pemerintahan diktator oleh proletariat adalah konsep yang paling demokratik selepas revolusi – istilah ‘pemerintahan diktator’ menandakan bahawa, sambil masih wujudnya kelas-kelas dalam masyarakat, satu kelas perlu memerintah atau kelas lain akan merampas kuasa – pemerintanan sedar oleh seluruh sebuah kelas sosial, iaitu majoriti dalam masyarakat. Dalam membebaskan diri mereka, kelas pekerja akan membebaskan kesemua kumpulan lain yang tertindas dalam masyarakat, kerana pengeksploitasian akan dibasmikan dan digantikan oleh pengeluaran di bawah kawalan sedar oleh kesemua mereka pada mana kehidupan sosial koperatif bergantung.

Kelayuan kerajaan
Ia adalah penting untuk menekan bahawa kerajaan masih akan wujud selepas rampasan kuasa. Kelas pekerja mesti mempertahankan dirinya dan pemerintahannya, dan sambil masih wujudnya percanggahan-percanggahan kelas, kerajaan juga akan wujud. Tetapi kerajaan ini, kerajaan pekerja, dalam realiti adalah sangat berbeza daripada bentuk kerajaan borjuasi, sangatlah bersifat demokratik dan terikat kepada dasar sosial, sangat tidak bersifat birokratik, sehingga ia akan menjadi negasi apa yang kita maksudkan dengan perkataan kerajaan. Perlibatan aktif oleh berjuta-juta orang dalam urusan kerajaan akan menghalangnya daripada ‘melepasi genggaman,’ menghalangnya daripada menjadi harta peribadi segolongan minoriti yang ingin menggunakannya untuk melanjutkan kepentingan-kepentingan peribadi mereka. Tahap kematangan ekonomi dan budaya yang tinggi di kalangan kelas pekerja akan memastikan bahawa mereka terus menguasai kerajaan. Penghapusan percanggahan kelas dan penyebaran revolusi dari segi antarabangsa akan menjadikan kerajaan ini sesuatu yang tidak lagi diperlukan. Dengan kelayuan kerajaan, bentuk masyarakat baru akan dibina. Ia adalah sombong untuk menentukan bentuk yang ini akan mengambil – ini akan menjadi batasan kepada aktiviti bebas lagi sedar bagi mereka yang akan membina masyarakat baru ini, yang akan menciptakan sejarah mereka sendiri. Tetapi ia adalah jelas bahawa pemisahan kawalan politik, sosial dan ekonomi akan diatasi: perjuangan manusia menentang manusia akan diakhiri, dan digantikan oleh kerjasama bebas, dan perkembangan potensi manusia yang paling bebas. Seperti yang dikatakan oleh Leon Trotsky:

Bentuk-bentuk kehidupan akan menjadi dramatik secara dinamik. Jenis manusia purata akan bangkit ke tahap Aristotle, Goethe atau Marx. Dan di atas bukti ini, pergunungan baru akan timbul.

Bacaan: Lenin, Kerajaan dan Revolusi.

> Sejarah nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatanbangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan LautSelatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara(Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa(pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmikimenceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampaike Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan
Dwipantara.Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyanJawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax
sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita
masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa
sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis
(Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi
(semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya
terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang
luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan
mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang".
Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel,
Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East
Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu"
(Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah
Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang
1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli,
pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air
kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula
berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.



Nusantara
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang
dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu
nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu
tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad
lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman
Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh
J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian
nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk
menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya
luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari
Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika
telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu
diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara,
maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan
dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern.
Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya
sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah
air dari Sabang sampai Merauke.

Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of
the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James
Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari
Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa
Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai
Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.
Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk
Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive
name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India
yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos
dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would
become respectively Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada
Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu,
sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives
(Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh
kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia
dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis
artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun
menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah
"Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama
Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar
ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada
halaman 254 dalam tulisan Logan:
"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in
favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di
kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara
konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan
lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang
etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf
Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen
Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara
ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan
istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan
bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu,
antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918.
Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913
beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch
(Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander
(pribumi) diganti dengan indonesiƫr (orang Indonesia).

Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam
etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan
tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu
identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah
Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels
Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan
mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama
Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau
Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische
staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab
dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan
mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap
orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan
kemampuannya."

Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924.
Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan
Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah
air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia"
dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan
sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen
Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo
Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama
"Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi
Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah
nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik
Indonesia.
(id) Asal Usul Nama Indonesia
"http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia"